Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Sebuah Tulisan untuk Bapak

24 Oktober 2020   07:24 Diperbarui: 24 Oktober 2020   19:20 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bapak| Sumber: Dokumentasi Pribadi

Sepakat atau tidak, tapi nyatanya lebih sering begitu. Itulah mengapa, kalau dikatakan banyak permasalahan yang aku hadapi dan ibu ketahui, lewat perantara bapak dulu. 

Bapak selalu memiliki cara untuk menenangkan pikiran para perempuan di rumah, yaitu aku dan ibu. Beruntungnya, masih ada sosok bapak yang selalu tenang dan mengajak kita mengontrol emosi serta apa yang sedang kita pikirkan.

Aku pernah mendengar sebuah pernyataan Harry Santosa yang isinya seperti ini,

"Anak perempuan yang dekat dengan ayahnya, akan cerdas dalam hal sosialnya,"

Aku mengamini hal ini, sebab ini aku rasakan sendiri. "Cerdas sosial'"di sini maksudnya, ia mampu membedakan mana laki-laki yang baik mana laki-laki yang buruk. 

Tidak tabu bukan, dengan usiaku yang sekarang sudah dua puluh tahun ini untuk sedikit membahas mengenai percintaan, jarang-jarang hehe. Yang aku alami ketika ada seorang laki-laki yang mendekati, yang pertama aku lihat adalah matanya. 

Aku mencari mata teduh seperti bapakku di matanya. Ini benar adanya bisa terlihat, aku bisa membedakan mana pandangan teduh dengan yang tidak.

Ditambah juga dengan adanya penelitian dimana isinya seperti ini,

"Anak perempuan yang tidak dekat dengan ayahnya, antara umur 11-15 tahun berpeluang 6 kali menyerahkan tubuhnya pada laki-laki yang dianggap sosok ayahnya. Hal ini dikarenakan ia mencari cinta di ruang publik yang tidak pernah di dapat dari sosok ayahnya."

Barangkali ini bisa menjadi alasan mengapa aku sendiri, di umur dua puluh tahun ini merasa nyaman menikmati kesendirian. Sebab, aku memiliki sosok cinta pertama tak ada duanya yang tak akan membuat aku sakit hati dan berteman dengan beban percintaan itu telah diisi oleh bapakku. 

Aku merasa belum butuh untuk menjalin hubungan yang melibatkan perasaan sebab aku pikir aku masih sering kekanak-kanakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun