Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ngaku Kaum Rebahan, Ada Pandemi Kok Malah Keluyuran?

21 Maret 2020   18:07 Diperbarui: 21 Maret 2020   18:39 964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kaum Rebahan (saibumi.com)

"We Stay At Work For You, You Stay At Home For Us"

Bermunculan meme berupa pesan yang disampaikan oleh para tenaga medis kepada masyarakat melalui media sosial. Hal ini menandakan bahwa tenaga medis benar-benar membutuhkan bantuan berupa kerjasama dari masyarakat agar turut berperan aktif mencegah persebaran pandemi Covid-19 yang sedang berkembang saat ini. sebagaimana diketahui bersama jumlah pasien positif, orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP) setiap harinya mengalami peningkatan. 

Tentu, menjadi fakta bahwa diluar sana masih banyak masyarakat yang tidak mengikuti himbauan pemerintah untuk bekerja dari rumah, belajar dari rumah serta beribadah dari rumah. 

Diketahui bersama bahwa jumlah tenaga medis serta rumah sakit rujukan yang ditetapkan pemerintah sangatlah terbatas dan jumlah masyarakat yang tentu tidak sedikit. 

Apabila masyarakat tetap ignorant dan tidak melakukan tindakan kepatuhan berupa melakukan social distancing bukan tidak mungkin akan terjadi lonjakan korban setiap harinya dan hal ini bukanlah hal yang bisa dianggap sepele.

Sebenarnya, dimanakah letak kesalahannya? Apakah terdapat pada pemerintah yang belum melakukan tindakan tegas terhadap orang-orang yang masih 'keluyuran' ditengah wabah yang sedang melanda, ataukah benar kesalahannya terdapat pada mindset orang Indonesia yang mengganggap virus corona bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan.

Ada pula beberapa tulisan yang sempat viral di media terkait, "Diperintahkan belajar di rumah, tapi kafe dan tempat nongkrong semakin ramai, anak-anak muda bercengkarama tanpa kekhawatiran. Apalah arti libur 14 hari kalau tidak ada yang mengisolasi diri sendiri?"

Benar adanya, beberapa langkah telah dilakukan oleh pemerintah agar mampu menekan jumlah korban dari virus yang masih terkenal baru ini namun telah menjadi momok bagi dunia global, dari mulai menghimbau agar masyarakat mengisolasi diri sendiri dan tidak keluar rumah kecuali melakukan hal yang benar-benar penting hingga melockdown akses masuk di beberapa daerah, dan akses keluar serta masuk negara Indonesia. 

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam), Mahfud MD mengungkapkan agar aparat mampu menindak tegas orang-orang yang masih 'keluyuran' tadi, dikarenakan hal ini sudah bukan lagi sebuah hal yang mencakup keselamatan satu atau dua orang namun banyak orang.

Pernahkah anda menjumpai orang yang masih beranggapan "Takut kok sama virus, takut itu sama tuhan!" atau "Hidup mati itu di tangan tuhan, kalau sudah sampai ke waktunya ya nanti juga pasti bakal meninggal" atau ungkapan-ungkapan lain yang dilontarkan oleh sebagian orang yang masih acuh atas kondisi Indonesia saat ini.

Ada satu fakta yang menggelikan yaitu ketika sebelum adanya pandemi, orang-orang khususnya milenial banyak yang mendeklarasikan dirinya sebagai 'kaum rebahan' yang mana identik sebagai golongan orang-orang yang suka sekali menghabiskan waktunya di kasur atau tempat tinggal masing-masing daripada beraktivitas di luar. 

Atau sederhananya, kaum rebahan ini adalah golongan orang yang 'ogah kemana-mana'.  Namun, apabila dilihat saat ini, ketika pemerintah menghimbau agar 'rebahan' di tempat masing-masing saja justru menjadi golongan yang paling bebal meski telah diingatkan. 

Banyak yang memilih untuk keluar rumah tetap beraktivitas diluar dengan alasan terlalu bosan di rumah, tidak ada kerjaan serta alasan-alasan lainnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya fakta yang ditemui di lapangan bahwa jalan-jalan serta tempat-tempat nongkrong masih didominasi oleh para milenial. Menggelikan bukan? Ngakunya kaum rebahan, tapi kok masih pada keluyuran?

Disaat sebagian orang berjuang mati-matian agar keadaan menjadi kembali normal ada sebagian lain orang yang tidak memiliki rasa sadar justru memperburuk keadaan. Disaat ada sebagian orang yang tidak istirahat karena tuntuntan keadaan, malah ada sebagian orang yang diminta untuk beristirahat tapi malah tidak mau mendengarkan apalagi melakukan.  

Tulisan ini tidak untuk memojokkan sebagian pihak khususnya para milenial, tetapi bukankah seharusnya milenial menjadi pelopor untuk mengajak sesama, mengedukasi orang-orang di sekitarnya terkait alasan mengapa kita harus bersama-sama peduli akan pentingnya melakukan 'social distancing' pada saat ini? Sudah saatnya kaum rebahan membawa perubahan, bukan malah sebaliknya dengan keluyuran dan justru memperburuk keadaan.

Mari bersama-sama kita bahu membahu mewujudkan dan menghargai usaha pihak-pihak yang menghabiskan waktunya khususnya para pahlawan medis yang berjibaku menangani korban dengan harapan kesembuhan. Wahai  milenial, wahai para kaum rebahan, udah #dirumahaja!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun