Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan "Social Emotional Learning" pada Masa Usia Emas

21 Maret 2019   05:11 Diperbarui: 31 Maret 2019   06:18 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah tidak kita melihat sebuah iklan bayi yang mana di dalamnya berisi kata-kata yang kurang lebih seperti ini, "Jangan takut bilang iya Bunda, biarkan anak bereksplorasi dan berkembang." Sudahkah kita memahami akan memang betapa pentingnya hal tersebut? 

Atau kita malah berpikir dengan membiarkan anak melakukan apa saja yang ia lakukan ketika ia penasaran akan membuat anak dalam bahaya?. Untuk memahami hal tersebut, mari kita membahas dari awal terlebih dahulu.

Anak Usia Dini memiliki masa yang bernama masa Golden Age atau masa keemasan. Menurut Slamet (2005:5) Masa keemasan ini adalah masa dimana anak sedang mengalami proses perkembangan otak yang sedang pesat-pesatnya. Sehingga pada masa ini anak cenderung selalu penasaran untuk melakukan sesuatu. 

Sebagai seorang tenaga pendidik atau orang tua, wajar tentu ketika kita khawatir akan keadaan anak kita ketika ia ingin mencoba sesuatu yang baru dimana ditakutkan malah membahayakan diri sang anak. 

Seperti halnya contoh, anak yang melihat ibunya sedang menyeterika dan penasaran ingin memegang setrika juga maka sikap yang seharusnya kita lakukan terlebih dahulu ialah memberi pengertian terhadap anak terhadap sesuatu tersebut atau ketika anak masih penasaran kita bisa mendekatkan agak jauh tangan anak tersebut ke seterika agar ia paham bahwa setrika itu benar-benar panas. Ketika kita hanya memberikan pengertian saja, itu tak cukup untuk memupuk rasa penasaran anak.

Di masa keemasan ini, juga merupakan masa paling tepat untuk orang tua mengajarkan segala sesuatu terkait pengetahuan, adab, emosi, menjalin hubungan dengan orang lain dan pemahaman positif lainnya. 

Menanamkan hal tersebut terhadap anak juga memerlukan beberapa cara atau menggunakan beberapa metode pembelajaran agar anak mau dan mampu untuk mengikuti apa yang kita harapkan. 

Social Emotional Learning atau pembelajaran sosial emosi merupakan sebuah proses pendidikan dan pembelajaran keterampilan kehidupan yang mana didalamnya mencakup banyak unsur yaitu penanaman  karakter, emosi, dan bertingkah laku sebagai manusia yang baik. 

Oleh karena itu kita harus menggunakan cara pembelajar yang tepat. Dalam social emotional learning ada beberapa cara berikut ini yang dapat dipakai oleh para orang tua dan guru yaitu diantaranya

Pertama, Modelling atau  memberikan percontohan terhadap segala hal baik yang ingin dilakukan juga oleh anak seperti halnya contoh, mengucapkan terima kasih setelah dibantu atau mendapatkan kebaikan dari orang lain, merapihkan kembali mainan setelah selesai bermain, atau berdoa sebelum melakukan kegiatan sehari-hari. 

Kedua, Memantau bukan Melarang. Seperti halnya contoh kasus pada awal artikel ini sebagaimana iklan tv tersebut, melarang anak melakukan sesuatu meskipun itu bermaksud baik kurang tepat bila diterapkan pada anak usia dini karena anak yang terbiasa dilarang akan terbentuk kepribadiannya menjadi sulit mengambil keputusan atau mengelola resiko. 

Memantau anak bermakna kita tidak melarang anak untuk mecoba hal baru namun kita memantau dan menjaga anak agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan pada saat anak bereksplorasi. Dengan tidak selalu melarang anak ketika mencoba hal baru, secara tidak langsung membentuk pribadi anak yang mandiri, berani mengambil resiko serta juga melatih jiwa kepemimpinan anak.

Ketiga, memberikan reward . Maksudnya adalah, setiap anak pasti  menyukai hadiah. Karena hal tersebut kemudian, memberi hadiah juga meruoakan cara yang tepat untuk membuat anak dapat melakukan apa yang kita harapkan untuk ia lakukan. 

Hadiah yang dimaksud disini tidak semuanya berupa barang, tapi bisa berupa hal yang begitu sederhana seperti pelukan, ciuman, pujian atau hal sederhana lainnya namun berkesan mendalam bagi psikologis anak. Dengan hal ini juga selain membuat anak terpacu dan menyukai tantangan, bonusnya adalah menambah kelekatan antara orang tua dengan anak pula. 

Secara tidak langsung, dengan menerapkan hal ini kita juga melatih emosi anak. Misalkan ketika anak terbiasa melakukan sesuatu yang membuatnya diberikan reward oleh orang tua atau guru dan ketika ia tidak mampu melakukan hal tersebut dan muncul perasaan kecewa dalam dirinya, maka disana akan muncul tindakan pengekspresian emosinya. 

Bisa dengan menangis, termenung, atau lainnya. Disana kemudian sebagaimana metode pembelajaran yang kedua yaitu kita memantau anak tidak melarang anak. 

Jadi sikap yang seharusnya kita lakukan terhadap anak adalah membiarkan anak menangis karena itu merupakan cara agar si anak meluapkan atau mengekspresikan emosinya namun kita dapat memberi batasan ketika anak menangis agar anak juga tidak menjadi anak yang cengeng.

Tiga cara pembelajaran dapat dipakai oleh para orang tua atau guru dalam mendidik atau menanamkan hal baik dalam diri anak terutama pada masa keemasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun