Mohon tunggu...
Puing Pahing
Puing Pahing Mohon Tunggu... Novelis - Just a little puing

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senja untuk Soane

26 September 2020   12:53 Diperbarui: 26 September 2020   13:03 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Senja untuk Soane
By. Puing
#Cerpen

Wicara terbungkam. Cakrawala jingga. Membias tatkala surya menepi pada horison. Aku terpaku. Duduk menyendiri, menatap layar kapal yang tampak seolah camar. Hitam dan kecil, hampir tak terlihat tapi terus bergerak terombang-ambing sang ombak. Bayu semilir pantai utara Jawa menyisir uban di kepalaku. Tak terhitung waktu, sudah menua ternyata.

Kuperbaiki letak kacamata yang tak lelah melorot ke hidung. Prime hitam dengan lensa cembung dengan ketebalan sekitar tiga milimeter. Membantuku menatap garis horison jingga. Membantuku mencintai pemandangan senja yang memukau ini. Aku termasuk opacarophile, sebutan untuk pecinta matahari terbenam. Menatapnya ibarat kutemukan batas waktu kehidupan. Karena manusia akan sampai pada titik ia lelah, dan kembali pada rumahnya. Seperti matahari terbenam. Ia juga kembali, terkubur malam.

Lagi-lagi aku memandangi senja. Seolah aku hanyut dan turut terjun bersama gelap yang mulai menelan warna-warna jingga.

Dulu, seseorang menemaniku di sini. Duduk di lincak bambu, di bawah pohon beringin tua yang masih bertahan sepertiku. Ia akan menyandarkan kepalanya di bahuku. Seolah aku terkokoh untuk ia sandarkan penat seharian. Padahal, aku juga berkubang pada lelah setelah sehari penuh bertempur mencari nafkah. Ia tak peduli, yang ia tahu akulah pria terkuat sandarannya. Aku pun mengiyakan saja. Toh, jika itu membuatnya lega.

Dulu, tiap kali layar kapal-kapal tampak pucuk-pucuknya saja. Yang hitam dari kejauhan, kami akan berdebat. Itu camar atau kapal. Dia selalu menyebut camar, padahal sudah jelas kuberitahu itu pucuk layar kapal.

Kami juga sering menebak, sejauh mana ombak menerjang. Sampaikah pada kaki-kaki yang menjuntai ini. Atau hanya sebatas di bibir pantai saja. Terkadang sampai, terkadang tidak. Seperti hidup yang aku jalani dengannya. Banyak pasang surutnya. Pernah kami saling memaki, namun kemudian berpadu kasih kembali. Ah, Soane.

Tiga tahun telah berlalu. Soane pergi dalam kedamaian. Meninggalkan aku sengsara sendirian. Sama seperti inginnya dulu, ia ingin menemaniku hingga ia mati. Dasar curang! Seharusnya ia berjanji menemaniku hingga aku mati. Bukannya membuat aku melihat batas kematiannya. Meski tampak damai dan tenang seperti senja. Kepergian Soane kala itu tetap saja membuatku perih. Melepasnya di tanah pekuburan adalah hal terpedih yang pernah aku rasa. Bahkan saat putri sulung kami berpamit untuk tinggal di pulau seberang pun aku tak sepedih saat Soane berpulang. Tentu saja, itu bukan perbandingan yang sinkron. Hanya, aku ingin menegaskan bahwa Soane adalah istri terbaik yang aku miliki. Dia satu-satunya, penuh kasih dan penyayang. Kuajarkan pada anak-anak perempuanku, jadilah seperti Soane-ku.

Ini hari sudah petang. Esok acara pernikahan putra bungsuku. Satu-satunya putra yang kami miliki. Dari empat anak-anakku tiga di antaranya perempuan.

Bungsu ini pula satu-satunya yang pernikahannya sudah tak didampingi Soane. Padahal, ketika kakaknya Soane selalu merias mereka dengan cantik. Apa karena si Bungsu laki-laki, jadi Soane melepas pergi dulu tanpa perlu melihat ia menikah, hah? Dasar!

Aku sudah melihat calon istrinya. Bertubuh kecil dan pendek, seperti Soane muda. Jika dia masih ada aku yakin, Soane akan memuji satu-satunya menantu perempuannya itu dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun