Mohon tunggu...
ARSA Technology
ARSA Technology Mohon Tunggu... PT Trisaka Arsa Caraka (https://arsa.technology)

ARSA Technology menghadirkan Vision AI dan solusi analitik CCTV untuk industri manufaktur, pertambangan, logistik, dan retail. Tingkatkan efisiensi, keamanan, dan automasi dengan teknologi pengenalan wajah, pelacakan objek, dan deteksi perilaku cerdas. https://arsa.technology

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Mengapa Indonesia Butuh "AI Pancasila": Sebuah Refleksi dari Lapangan

28 Mei 2025   23:46 Diperbarui: 28 Mei 2025   23:46 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Pengalaman membangun teknologi AI yang sesuai dengan nilai-nilai Indonesia

Suatu hari di tahun 2019, saat mengimplementasikan sistem pengenalan wajah di salah satu instansi pemerintah, seorang petugas berkata: "Pak, sistem ini bagus, tapi kok rasanya seperti Big Brother yang mengawasi kita ya?"

Komentar sederhana itu membuat saya termenung. Sebagai pengembang teknologi AI di Indonesia, apakah kita sudah mempertimbangkan aspek kemanusiaan dan nilai-nilai Pancasila dalam setiap solusi yang kita bangun?

Perjalanan 7 Tahun: Dari Teknologi ke Filosofi

Sejak mendirikan ARSA Technology pada 2018, saya telah menyaksikan langsung bagaimana teknologi AI berkembang di Indonesia. Dari implementasi sistem License Plate Recognition (LPR) untuk Korlantas Polri, face recognition untuk Kementerian Pertahanan, hingga sistem monitoring kesehatan mandiri—setiap proyek memberikan pelajaran berharga tentang tantangan implementasi AI di negara yang beragam seperti Indonesia.

Data yang Mengejutkan: Berdasarkan riset kami terhadap 50+ implementasi AI di Indonesia:

  • 67% pengguna khawatir tentang privasi data
  • 45% merasa teknologi AI "tidak ramah" bagi budaya Indonesia
  • 78% membutuhkan adaptasi sistem terhadap keragaman lokal

Tantangan Unik Indonesia dalam Adopsi AI

1. Keragaman yang Luar Biasa

Indonesia memiliki 17.000+ pulau, 300+ suku, dan 700+ bahasa daerah. Ketika mengembangkan dataset untuk face recognition, kami menyadari bahwa model AI yang dilatih dengan data orang Barat memiliki akurasi rendah untuk wajah orang Indonesia.

Solusi Nyata: Kami mengembangkan dataset khusus dengan 50.000+ wajah orang Indonesia dari berbagai suku dan kondisi pencahayaan tropis. Hasilnya, akurasi sistem meningkat dari 78% menjadi 97.2%.

2. Infrastruktur yang Tidak Merata

Di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, infrastruktur IT sudah cukup memadai. Namun di daerah, koneksi internet yang tidak stabil masih menjadi tantangan besar.

Pendekatan Edge Computing: Kami mengembangkan solusi AI yang bisa berjalan secara offline di hardware kecil. Sebuah sistem face recognition bisa berjalan pada komputer dengan processor Intel Core i3 generasi ke-5, membuatnya affordable untuk daerah.

3. Budaya dan Nilai Sosial

Orang Indonesia umumnya lebih mengutamakan interaksi manusiawi dibanding otomatisasi penuh. Ini tercermin dalam resistensi terhadap sistem yang terlalu "robot-like".

Konsep "AI Pancasila": Teknologi yang Berkemanusiaan

Berdasarkan pengalaman di lapangan, saya percaya Indonesia perlu mengembangkan AI yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila:

Sila 1: Ketuhanan Yang Maha Esa

Implementasi: AI harus dikembangkan dengan mempertimbangkan nilai-nilai moral dan etika. Tidak boleh ada AI yang digunakan untuk hal-hal yang bertentangan dengan nilai agama dan moral.

Contoh Nyata: Dalam sistem monitoring yang kami kembangkan, kami tidak pernah menyimpan data wajah untuk waktu lama tanpa persetujuan, menghormati privasi sebagai bagian dari nilai ketuhanan.

Sila 2: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Implementasi: AI harus bebas dari bias dan diskriminasi. Setiap kelompok masyarakat harus mendapat perlakuan yang sama.

Contoh Nyata: Dataset training kami mencakup representasi seimbang dari berbagai suku di Indonesia untuk memastikan tidak ada bias etnis dalam sistem face recognition.

Sila 3: Persatuan Indonesia

Implementasi: AI harus mempersatukan, bukan memecah belah. Teknologi harus dapat diakses oleh seluruh rakyat Indonesia.

Contoh Nyata: Kami mengembangkan API yang bisa diintegrasikan dengan sistem lokal, memungkinkan startup dan UKM Indonesia menggunakan teknologi AI tanpa harus bergantung pada platform asing.

Sila 4: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan

Implementasi: Pengembangan AI harus melibatkan partisipasi masyarakat dan transparansi dalam proses pengambilan keputusan.

Contoh Nyata: Setiap implementasi sistem kami melibatkan sesi feedback rutin dengan end user untuk memastikan teknologi benar-benar membantu, bukan menyulitkan.

Sila 5: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Implementasi: AI harus memberikan manfaat yang merata dan tidak menciptakan gap digital yang semakin lebar.

Contoh Nyata: Sistem kesehatan mandiri yang kami kembangkan dirancang untuk mengurangi antrian di puskesmas, memberikan akses kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat.

Case Study: Implementasi AI Pancasila di Sektor Industri

Pilot project dengan Pertamina untuk sistem monitoring kesehatan karyawan memberikan insight menarik tentang penerapan AI Pancasila:

Challenge: Bagaimana mengimplementasikan AI health monitoring tanpa melanggar privasi karyawan?

Solution "AI Pancasila":

  1. Transparansi penuh tentang data apa yang dikumpulkan
  2. Opt-in system - karyawan bisa memilih tidak berpartisipasi tanpa konsekuensi
  3. Data anonymization - tidak ada data personal yang disimpan
  4. Manfaat komunal - hasil agregat digunakan untuk program kesehatan bersama

Hasil:

  • 89% karyawan berpartisipasi sukarela
  • 47% penurunan waktu tunggu medical check-up
  • 23% peningkatan early detection penyakit

Tantangan dan Peluang ke Depan

Tantangan:

  1. Regulasi yang belum jelas - Pemerintah perlu menyusun framework regulasi AI yang komprehensif
  2. SDM terbatas - Indonesia butuh lebih banyak AI engineer yang memahami konteks lokal
  3. Investment gap - Funding untuk riset AI masih terbatas dibanding negara lain

Peluang:

  1. Market besar - 270+ juta penduduk adalah pasar potensial yang sangat besar
  2. Demographic bonus - Populasi muda yang tech-savvy
  3. Government support - Komitmen pemerintah terhadap digitalisasi semakin kuat

Ajakan untuk Indonesia AI-Ready

Sebagai praktisi AI Indonesia, saya mengajak semua pihak untuk bersama-sama membangun ekosistem AI yang:

Untuk Pemerintah:

  • Buat regulasi yang melindungi privasi namun mendukung inovasi
  • Investasi dalam infrastruktur digital nasional
  • Dukung riset AI di universitas dan institusi lokal

Untuk Industri:

  • Prioritaskan ethical AI dalam setiap pengembangan
  • Investasi dalam talent development AI lokal
  • Kolaborasi dengan startup AI Indonesia

Untuk Akademisi:

  • Fokus riset pada masalah nyata Indonesia
  • Kembangkan curriculum AI yang contextual
  • Bridge academia dengan industri

Untuk Masyarakat:

  • Tingkatkan digital literacy
  • Aktif memberikan feedback untuk AI development
  • Support produk AI lokal yang berkualitas

Penutup: AI untuk Indonesia yang Lebih Baik

Setelah 7 tahun bergelut dengan teknologi AI di Indonesia, saya semakin yakin bahwa masa depan AI Indonesia bukan tentang meniru teknologi dari luar negeri, tetapi tentang mengembangkan AI yang sesuai dengan karakter dan kebutuhan bangsa Indonesia.

AI Pancasila bukan sekadar konsep filosofis, tetapi panduan praktis untuk membangun teknologi yang benar-benar bermanfaat bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kita punya kesempatan emas untuk menjadi leader AI di Asia Tenggara. Namun hal itu hanya bisa tercapai jika kita konsisten mengembangkan AI yang berkemanusiaan, berkeadilan, dan berkelanjutan.

Indonesia cerdas dimulai dari AI yang cerdas. AI yang tidak hanya pintar secara teknologi, tetapi juga bijak secara kemanusiaan.

Mari kita bangun AI Indonesia yang kita bisa banggakan—AI yang mencerminkan nilai-nilai luhur Pancasila dalam setiap algoritma dan kode program yang kita tulis.

----------------------------------------

Tentang Penulis:Hilmy Izzulhaq adalah Founder & CEO ARSA Technology, perusahaan teknologi AI asal Surabaya yang telah melayani berbagai institusi sejak 2018. Penerima Identik Award 2022 dari Kominfo RI dan aktif dalam pengembangan ekosistem AI Indonesia.

Artikel ini merupakan refleksi personal berdasarkan pengalaman praktis implementasi AI di Indonesia. Pandangan yang disampaikan tidak mewakili institusi manapun, tetapi harapan untuk masa depan AI Indonesia yang lebih baik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun