Pengalaman membangun teknologi AI yang sesuai dengan nilai-nilai Indonesia
Suatu hari di tahun 2019, saat mengimplementasikan sistem pengenalan wajah di salah satu instansi pemerintah, seorang petugas berkata: "Pak, sistem ini bagus, tapi kok rasanya seperti Big Brother yang mengawasi kita ya?"
Komentar sederhana itu membuat saya termenung. Sebagai pengembang teknologi AI di Indonesia, apakah kita sudah mempertimbangkan aspek kemanusiaan dan nilai-nilai Pancasila dalam setiap solusi yang kita bangun?
Perjalanan 7 Tahun: Dari Teknologi ke Filosofi
Sejak mendirikan ARSA Technology pada 2018, saya telah menyaksikan langsung bagaimana teknologi AI berkembang di Indonesia. Dari implementasi sistem License Plate Recognition (LPR) untuk Korlantas Polri, face recognition untuk Kementerian Pertahanan, hingga sistem monitoring kesehatan mandiri—setiap proyek memberikan pelajaran berharga tentang tantangan implementasi AI di negara yang beragam seperti Indonesia.
Data yang Mengejutkan: Berdasarkan riset kami terhadap 50+ implementasi AI di Indonesia:
- 67% pengguna khawatir tentang privasi data
- 45% merasa teknologi AI "tidak ramah" bagi budaya Indonesia
- 78% membutuhkan adaptasi sistem terhadap keragaman lokal
Tantangan Unik Indonesia dalam Adopsi AI
1. Keragaman yang Luar Biasa
Indonesia memiliki 17.000+ pulau, 300+ suku, dan 700+ bahasa daerah. Ketika mengembangkan dataset untuk face recognition, kami menyadari bahwa model AI yang dilatih dengan data orang Barat memiliki akurasi rendah untuk wajah orang Indonesia.
Solusi Nyata: Kami mengembangkan dataset khusus dengan 50.000+ wajah orang Indonesia dari berbagai suku dan kondisi pencahayaan tropis. Hasilnya, akurasi sistem meningkat dari 78% menjadi 97.2%.
2. Infrastruktur yang Tidak Merata
Di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, infrastruktur IT sudah cukup memadai. Namun di daerah, koneksi internet yang tidak stabil masih menjadi tantangan besar.
Pendekatan Edge Computing: Kami mengembangkan solusi AI yang bisa berjalan secara offline di hardware kecil. Sebuah sistem face recognition bisa berjalan pada komputer dengan processor Intel Core i3 generasi ke-5, membuatnya affordable untuk daerah.
3. Budaya dan Nilai Sosial
Orang Indonesia umumnya lebih mengutamakan interaksi manusiawi dibanding otomatisasi penuh. Ini tercermin dalam resistensi terhadap sistem yang terlalu "robot-like".
Konsep "AI Pancasila": Teknologi yang Berkemanusiaan
Berdasarkan pengalaman di lapangan, saya percaya Indonesia perlu mengembangkan AI yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila: