Mohon tunggu...
Muhamad Wonlee Buchari
Muhamad Wonlee Buchari Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya suka sekali bermain badminton

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Realita Pertemanan Dalam Satu Kumpulan Atau Circle Agar Terbentuk Satu Sama Lain

7 Juli 2025   12:35 Diperbarui: 7 Juli 2025   12:31 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

REALITA PERTEMANAN DALAM SATU KUMPULAN ATAU CIRCLE AGAR TERBENTUK SATU SAMA LAIN
 
Oleh : Muhamad Wonlee Buchari
 

Pernah kah kalian punya kumpulam atau pertemanan yang selalu support diri kalian disaat susah maupun senang? Atau salah satu diantara kalian pernah menjadi pusat cerita, tempat semua orang curhat tapi tidak pernah benar-benar didengar? Dan diantara nya suatu kumpulan yang seharusnya tempat aman bagi kita malahan menjadi tempat yang penuh tekanan dan banyak saingan, bukannya saling bahu membahu ternyata saling menjatuhkan satu sama lain.

Pertemanan dalam satu circle itu seperti ibarat nya "burung yang satu jenis, akan berkumpul dengan jenis yang sama" atau dekat api, hangatlah badan". kita sebagai individualisme harus bisa menganalisis lingkungan dan pertemanan dari segi karakter, didalam suatau pertemanan dalam circle itu seperti proses pembentukan karakter, dimana kita bisa menemukan mana yang baik buruk nya walaupun ditempat yang kita tidakinginkan sekalipun. Terkadang kalian belajar jadi lebih sadar karena salah satu temanmu gampang marah, atau kamu jadi lebih hati-hati ngomong karena ada teman yang sensitif. Tanpa kalian sadari circle itu membentuk kamu, dan kamu juga membentuk mereka.
 
Tapi jangan heran, circle bukan selalu tentang canda tawa tetapi ada kalanya konflik, ada drama, dan dimana fase-fase tertentu akan bubar atau diam diaman. Dan itu suatu hal yang sangat wajar. Menurut teori dari salah satu tokoh psikologi menurut Lev Vygotsky relevansi dengan pertemanan, anak-anak dan manusia pada umumnya belajar melalui interaksi sosial, termasuk lewat pertemanan. Teman sebaya membantu membentuk cara berpikir dan mengembangkan keterampilan sosial melalui proses scaffolding dan zone of proximal.

Circle engga datang dari langit
awal mula terbentuknya circle biasanya ada kesamaan individu, bisa jadi dari hobi atau sering ngumpul bareng, dan juga karena sefrekuensi. Tapi setelah terbentuk nya circle, itu ada hidup dinamika, ada aturan tertulis maupun tidak tertulis, sesuai apa yang disepakati, namun terkadang seiring berjalan nya waktu yang telah disepakati pun lupa. Pelan pelan kita dapat peran dalam circle. Ada yang pendiam, ada yang selalu dijadiin bahan candaan, ada yang jadi pemimpin tidak resmi, serta ada yang selalu dipihak netral saat ada nya konflik.

Jadi diri sendiri tapi jangan bikin suasana engga enak?
Salah satu situasi yang sulit dalam circle: bagaimana caranya jujur terhadap diri sendiri, tetapi cocok sama grup. Kadang, orang jadi suka menahan pemdapat, pura pura setuju atau menyembunyikan hal yang engga sejalan. Lama kelamaan akan muncul pertanyaan "ini gua yang asli, atau gua dibentuk sama circle?"
Yang lebih berat, kadang kita tahu circle itu toxic penuh omongan dibelakang, selalu membandingkan, atau membuat kita insecure, tapi kita tetap bertahan. Kenapa? karena takut sendirian. Takut kehilangan tempat pulang.  

Proses menjadi satu sama lain
Untuk menjadi satu kesatuan anggota circle sering menyesuaikan diri, ada beberapa sisi positif dan negatif. Adaptasi Positif: Belajar memahami perbedaan, mengasah empati, dan mengegola konflik. Adaptasi Negatif: Mengorbankan jati diri demi diterima(kode switching berlebihan, menghindari perbedaan pendapat, atau memendam tekanan mental).

Kesehatan mental dan pertemanan
Circle yang sehat adalah cirlce yang:
* Memberi ruang untuk menjadi diri sendiri
* Mendukung satu sama lain untuk tumbuh lebih baik
* Menerima perbedaan
* Menghindari gosip dan toxic behavior

Dalam suatu circle apabila individu sudah percaya satu sama lain dan menerima dari segi perbedaan dan ingin menjadi lebih baik, maka dalam circle apabila teman yang tiba tiba ngehindar atau menjauh, dan sudah sering ditanya keadaan nya tetapi tetap gaenakan dan memilih untuk diam, biarkan lah ia menentukan sendiri karena dalam circle kita tidak seharusnya juga mengurusi hidup individu lainnya. Sementara circle yang toxic bisa menyebabkan kecamasan sosial, rendahnya self-esteem, hingga tekanan untuk terus tampil sempurna dimata teman teman sendiri. Dan tidak semua circle harus dipertahankan jika circle: Tidak menghargai perbedaan, sering menjatuhkan verbal, dan membuat kamu kehilangan diri sendiri. Maka keluar bukan berarti lemah. Kadang menyelamatkan diri dari circle yang tak sehat adalah salah satu bentuk keberanian.

Realita pertemanan dalam satu circle adalah proses membentuk satu sama lain baik secara sadar maupun tidak. Pertemanan itu proses circle bukan cuma tempat berbagi cerita yang terpenting adalah menyadari: kita bisa tumbuh bersama, tetapi tetap boleh berbeda.
Persahabatan bukan tentang meyeragamakan, tapi tentang menyelaraskan tanpa menghilangkan siapa kita sebenarnya. Karena pada akhirnya circle yang sehat adalah circle yang bikin kita tumbuh bukan yang bikin kita takut salah langkah.

Dosen Pemgampu: Dr. Aida Azizah, S Pd., M Pd
Mata Kuliah         : Bahasa Indonesia
Nama                     : Muhamad Wonlee Buchari
Prodi  : Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun