Tempat saya bekerja yang baru banyak berisikan pegawai yang berasal dari keluarga menengah atas. Kalaupun ada yang berasal dari keluarga menengah bawah, bukan orang yang istimewa. Bukan dari latar belakang keluarga sederhana yang membanting tulang merubah hidupnya dengan mencari sejumput beasiswa dan sepetik ikatan dinas di Kementerian dengan penghasilan pegawai tertinggi di Indonesia.
Saya terheran-heran dengan mereka (yang berasal dari keluarga menengah atas). Mereka berasal dari kampus dengan biaya kuliah yang tinggi. Di tempat yang baru ini mereka “hanya” bergaji sekitar 2jutaan tok. Dan mereka memiliki segala artefak masyarakat menengah atas seperti Blackberry tipe terbaru, Iphone, Laptop canggih serta berangkat ke kantor menggunakan mobil-mobil pribadi yang cukup keren. Yang mengherankan lagi mereka rata-rata pernah bekerja/berwiraswasta di perusahaan swasta yang sebenarnya mampu memberikan penghasilan legal yang cukup.
Belakangan beradasarkan analisa pribadi saya, Jika ditanyakan ke para pegawai di tempat saya bekerja sekarang, maka akan dengan mudah menunjuk pegawai yang masuk menjadi pegawai dengan bantuan keluarga mereka yang pejabat di instansi ini.
Mungkin inilah sebabnya Kenapa mereka memilih jadi PNS? Mindset orangtuanya/keluarganya yang memasukkan mereka di instansi ini yang notabene pejabat (dimana untuk mencapai status pejabat melalui umur yang panjang) sudah pasti belum berubah.
Mindset itu adalah bahwa dengan menjadi PNS kesempatan untuk mendapatkan penghasilan lebih mudah sementara tanggung jawab rutinitas nya lebih kecil.
instansi saya yang lama telah menerapkan reformasi birokrasi. Instansi saya yang lama telah menerapkan pengetatan absen dengan pemotongan penghasilan bagi pegawai yang datang terlambat. dengan proses bisnis yang modern, ia sudah cukup parah dengan membiarkan hanya pengelolaan pegawainya ‘saja’ yang kurang baik.
Di tempat yang baru ini segala aspeknya lebih parah (jelek)
Saya seperti keluar dari sarang beruang masuk ke sarang dinosaurus t-rex.
saya Telah sampai pada akhir dari pemikiran saya. Suatu keadaan dimana evolusi pikiran saya telah sampai di tahap akhir. Mampu berteori tapi tak mampu mempraktekkan. Tak pasti- kompromi -tak pasti kompromi. Begitu polanya
Sesimpel bahwa : setiap laki-laki di Indonesia hanya butuh salah satu atau kesemua dari 3 ta : harta,harta dan wanita, saat ini saya hanya ingin lari menjauh sebelum datang terlambat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI