Mohon tunggu...
Prodeo Patria
Prodeo Patria Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Teknik Kimia

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Krisis BBM Mengguncang, Inovasi Energi Terbarukan Jadi Wujud Bela Negara

25 September 2025   19:11 Diperbarui: 25 September 2025   19:11 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelangkaan BBM di SPBU Shell terlihat dengan adanya tulisan 'V- Power Kosong

Kelangkaan BBM di sejumlah SPBU swasta, seperti yang dialami konsumen Shell sejak akhir Agustus 2025, menyadarkan kita bahwa pasokan energi di Indonesia masih rapuh. Perubahan aturan impor dan kewajiban distribusi melalui satu pintu, meski dimaksudkan untuk memperkuat tata kelola, ternyata menimbulkan celah: masyarakat kembali resah karena bahan bakar tidak tersedia. Situasi ini menunjukkan bahwa ketergantungan pada impor BBM bukan hanya persoalan ekonomi, melainkan juga menyangkut aspek strategis ketahanan bangsa. Setiap gejolak harga minyak mentah dunia atau perubahan aliansi geopolitik negara produsen langsung berimbas seperti gelombang kejut, menguji ketahanan sistem logistik dan kesabaran masyarakat. Kerentanan ini memperlihatkan bahwa fondasi energi nasional masih bertumpu pada pondasi yang mudah goyah.

Bela negara tidak selalu berarti mengangkat senjata. Dalam konteks energi, bela negara berarti memastikan rakyat tidak terjebak dalam krisis bahan bakar yang bisa menghambat mobilitas, distribusi logistik, hingga stabilitas sosial. Krisis energi, sekecil apa pun, memiliki efek domino yang masif: harga-harga melambung, aktivitas ekonomi terhambat, dan potensi konflik sosial meningkat. Dari kacamata teknik kimia, akar masalahnya jelas: Indonesia belum sepenuhnya mandiri dalam menyediakan energi alternatif yang berkelanjutan. Selama ketergantungan impor masih tinggi, setiap perubahan regulasi atau dinamika geopolitik bisa langsung mengguncang pasokan di dalam negeri. Ketergantungan ini adalah "lubang" dalam pertahanan negara yang harus segera ditambal.

Sebagai insan teknik kimia, kontribusi kami terletak pada kemampuan merancang proses produksi energi bersih dan terbarukan. Teknologi bioetanol dari singkong atau tebu, biodiesel dari minyak nabati (seperti kelapa sawit, kelor, atau nyamplung), hingga pengembangan hidrogen hijau adalah contoh nyata bagaimana ilmu teknik kimia bisa menopang kedaulatan energi. Dengan riset katalis untuk meningkatkan efisiensi konversi, rekayasa proses untuk menekan biaya produksi, dan pengolahan limbah menjadi energi (seperti biogas dari limbah kelapa sawit atau sampah kota), kita tidak hanya mengurangi impor, tetapi juga menciptakan lapangan kerja hijau (green jobs) dan menekan emisi gas rumah kaca. Inovasi dalam teknologi penyimpanan energi, seperti baterai yang lebih efisien atau konversi energi terbarukan menjadi bentuk yang mudah disimpan, juga menjadi medan kontribusi yang krusial.

Namun, perjalanan menuju kemandirian energi bukan tanpa tantangan. Di sinilah peran strategis insan teknik kimia dibutuhkan untuk menjawab tantangan teknis dan ekonomis. Mulai dari mengoptimalkan yield (hasil) biofuel dari setiap ton bahan baku, mengatasi masalah stabilitas bahan bakar nabati, mengembangkan katalis yang murah dan tahan lama, hingga mendesain bioreaktor yang efisien dan scalable untuk skala industri. Riset fundamental dan terapan harus berjalan beriringan, didukung oleh kebijakan pemerintah yang konsisten dan insentif yang tepat sasaran untuk menciptakan ekosistem riset dan industri energi terbarukan yang kuat. Kolaborasi antara akademisi, industri, dan pemerintah menjadi kunci untuk menerjemahkan temuan di laboratorium menjadi solusi nyata di tengah masyarakat.

Dengan demikian, pengembangan energi alternatif berbasis riset teknik kimia adalah bentuk bela negara di era modern. Bukan sekadar menjaga pasokan, tetapi memastikan Indonesia memiliki kemandirian energi yang akan memperkuat posisi strategis bangsa di tengah ketidakpastian global. Kemandirian energi adalah benteng yang melindungi kedaulatan ekonomi dan politik Indonesia. Energi adalah urat nadi kehidupan; memastikan keberlanjutannya melalui inovasi, kerja keras, dan kecerdasan adalah wujud nyata pengabdian pada tanah air. Setiap terobosan dalam riset energi terbarukan, setiap peningkatan efisiensi di kilang biofuel, dan setiap pengurangan ketergantungan pada impor adalah sebentuk bakti yang mendalam bagi masa depan Indonesia yang lebih berdaulat dan berkelanjutan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun