Mohon tunggu...
Mbah Priyo
Mbah Priyo Mohon Tunggu... Engineer Kerasukan Filsafat

Priyono Mardisukismo - Seorang kakek yang suka menulis, karena menulis bukan sekadar hobi, melainkan vitamin untuk jiwa, olahraga untuk otak, dan terapi kewarasan paling murah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mencari Titik Temu Antara Filsafat Moral dan Hak Asasi Manusia

18 Agustus 2025   11:00 Diperbarui: 18 Agustus 2025   08:11 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


“Sejak awal peradaban, manusia selalu mencari jawaban atas pertanyaan yang sama: apa arti keadilan, moralitas, dan hak untuk hidup bermartabat? Pertanyaan ini tidak hanya melahirkan filsafat moral yang menyelami makna kebaikan, tetapi juga hak asasi manusia yang menuntut perlindungan nyata bagi setiap individu. Di persimpangan keduanya, kita diajak merenung: bagaimana menemukan titik temu antara nilai yang bersifat universal dan realitas yang sarat perbedaan?”

Selamat pagi, sahabat sunyi. Dalam keheningan yang sering kita temui di sela hiruk pikuk dunia, ada pertanyaan yang terus bergaung di ruang batin kita: apa arti keadilan, hak, dan moralitas bagi manusia? Pertanyaan ini menuntun kita menelusuri jejak filsafat moral yang penuh refleksi, sekaligus hak asasi manusia yang menegaskan martabat setiap insan. Di antara keduanya, kita diajak mencari harmoni, agar hidup tak sekadar berjalan, tapi bermakna

Dalam keheningan pagi yang tenang, aku sering merenung tentang sebuah pertanyaan besar yang telah membayangi perjalanan manusia sepanjang sejarah: Apa arti sebenarnya dari keadilan, hak, dan moralitas? Di tengah keragaman budaya, adat, dan kepercayaan, aku menyadari bahwa pencarian makna ini tidak pernah mudah. Ia adalah perjalanan panjang yang melibatkan filsafat moral dan hak asasi manusia—dua konsep yang saling terkait, namun juga sering berseberangan dalam praktiknya.

Filsafat Moral: Menyelami Nilai dan Kebaikan

Pertama-tama, aku mengajak diriku untuk menyelami kedalaman filsafat moral—ilmu yang membahas tentang apa yang benar dan apa yang salah, baik dan buruk. Filsafat moral bukan sekadar aturan yang harus diikuti, melainkan sebuah pencarian tentang makna kebaikan yang universal dan prinsip-prinsip etis yang mampu membimbing manusia dalam menjalani kehidupannya.

Sejarah mencatat berbagai pandangan yang berbeda tentang moralitas. Dari Plato yang memandang bahwa kebaikan adalah bentuk ideal yang harus diikuti, hingga Aristoteles yang menekankan konsep eudaimonia—kehidupan yang penuh kebajikan dan tujuan mulia. Pada akhirnya, filsafat moral menantang kita untuk bertanya: Apa yang membuat tindakan tertentu benar atau salah? dan Bagaimana kita menentukan standar moral yang berlaku universal?

Aku menyadari bahwa tidak ada jawaban tunggal yang mutlak. Sebaliknya, filsafat moral mengajarkan kita bahwa moralitas adalah sebuah proses refleksi yang terus berkembang, yang bergantung pada konteks sosial, budaya, dan pengalaman pribadi. Ia mendorong kita untuk bertanya, bukan hanya tentang hak dan kewajiban orang lain, tetapi juga tentang tanggung jawab kita sendiri terhadap sesama dan lingkungan.

Hak Asasi Manusia: Suara yang Melampaui Batas Budaya

Di sisi lain, hak asasi manusia muncul sebagai sebuah konsep yang lebih konkret, yang menegaskan bahwa setiap individu, tanpa memandang latar belakang, memiliki hak-hak dasar yang tidak boleh dilanggar. Hak ini mencakup hak hidup, hak kebebasan berpendapat, hak memperoleh pendidikan, dan hak atas keamanan dan martabat manusia.

Namun, aku bertanya-tanya, mengapa hak asasi manusia menjadi isu yang begitu sensitif dan sering diperdebatkan? Jawabannya, mungkin, karena hak ini tidak selalu dipandang sebagai sesuatu yang universal dan absolut. Banyak budaya dan sistem politik yang memiliki pandangan berbeda tentang apa yang dianggap sebagai hak yang tidak bisa diganggu gugat. Ada yang memandang bahwa hak harus disesuaikan dengan norma lokal, sementara yang lain menegaskan bahwa hak asasi manusia adalah hak universal yang harus dihormati di seluruh dunia.

Dalam refleksi ini, aku menyadari bahwa hak asasi manusia bukanlah sekadar dokumen atau deklarasi formal, melainkan sebuah suara moral yang menuntut penghormatan dan perlindungan terhadap martabat manusia. Ia adalah suara yang menuntut keadilan, mengingatkan kita bahwa setiap manusia berhak hidup tanpa rasa takut, tanpa diskriminasi, dan tanpa penindasan.

Persilangan Antara Filsafat Moral dan Hak Asasi Manusia

Apa yang menarik perhatian aku, adalah hubungan erat antara filsafat moral dan hak asasi manusia. Keduanya sama-sama berusaha menjawab pertanyaan mendasar: Apa yang membuat kita manusia, dan bagaimana kita seharusnya berperilaku terhadap orang lain? Filsafat moral mengajarkan kita untuk memahami nilai-nilai kebaikan, keadilan, dan tanggung jawab, sementara hak asasi manusia memberi bentuk konkret dari nilai-nilai tersebut dalam bentuk hak-hak yang harus dipenuhi dan dilindungi.

Namun, dalam praktiknya, konflik sering muncul. Ketika norma budaya berbeda, atau ketika kekuasaan menindas, hak asasi manusia sering kali terabaikan atau dilanggar. Di sinilah, aku merasa, pentingnya refleksi filosofis yang mendalam. Kita harus mampu mempertanyakan dan mengkritisi norma-norma yang ada, serta memperjuangkan keadilan yang bersifat universal dan inklusif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun