Hari ini, kalau kamu tanya ke Gen Z soal rumah, jawabannya bisa terdengar keren dan modern:
"Ngapain punya rumah? Gue lebih suka fleksibel."
"Sekarang bisa kerja dari mana aja, gak harus punya base tetap."
"KPR bikin terikat seumur hidup."
Kedengarannya seperti pilihan sadar, penuh visi dan kebebasan hidup. Tapi kalau kita bongkar lapisan-lapisan narasi itu, ada kenyataan yang jauh lebih kelam, lebih sunyi, dan lebih getir:
Banyak Gen Z bukan sedang menolak KPR. Mereka sedang ditolak oleh sistem ekonomi---bahkan sebelum mereka sempat mengetuk pintu bank.
Gagal Bayar Massal: Pinjol Lebih Dulu Datang daripada Properti
Fakta di lapangan menunjukkan sesuatu yang tidak nyaman untuk dibicarakan secara publik:
Banyak Gen Z sudah gagal di tahap paling dasar keuangan pribadi---mengatur uang bulanan.
Alih-alih mencicil rumah, mereka justru mencicil hutang konsumtif dari belasan pinjaman online.
Menurut data OJK, lebih dari 3 juta orang alami gagal bayar pinjol di tahun 2024.
Mayoritasnya? Anak-anak muda usia produktif, termasuk Gen Z.
Pinjol masuk karena gampang, cepat, tanpa ribet. Tapi keluar darinya seperti masuk ke lumpur isap:
Gali lubang, tutup lubang.
Ambil pinjol B buat bayar pinjol A.
Uang habis bukan buat kebutuhan pokok, tapi gaya hidup dan tekanan sosial.