Mohon tunggu...
MBAH PRIYO
MBAH PRIYO Mohon Tunggu... www.fixen.id - majalah sastra online

Seorang kakek yang telah pensiun dari hiruk pikuk dunia, banyak menulis fiksi di FIXEN.ID/ Berpengalaman sebagai Dosen, IT Professional dan International Trade Mediator. Memilih stay home setelah selamat dari serangan dari negara api pada tahun 2019, menjalanni hobi berkebun lemon, ternak ikan dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Renungan Pagi: "Things Happen for a Reason" (Refleksi dari Kekalahan Timnas Indonesia atas Samurai Biru)

12 Juni 2025   06:30 Diperbarui: 12 Juni 2025   06:31 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dihajar 6-0 . TVOnenews.com

Pagi ini, kita membuka hari dengan hati yang masih berat. Skor 6–0 dari Samurai Biru bukan sekadar angka; itu pukulan emosional bagi jutaan pecinta sepak bola tanah air. Tapi dalam sunyi yang dingin itu, mari kita tarik napas dalam-dalam dan merenung: "Things happen for a reason."

Ungkapan ini bukan sekadar pelipur lara, bukan pula excuse murahan. Ini adalah pintu masuk untuk memahami bahwa dalam setiap kekalahan, tersimpan pelajaran. Dalam setiap kehancuran, tersisa jejak-jejak sebab yang bisa kita telusuri. Ini adalah prinsip kausalitas yang diajarkan Aristoteles, dipertanyakan Hume, dan dijawab kembali oleh Kant — bahwa setiap akibat adalah cermin dari suatu sebab.

📉 Apa Penyebab Kekacauan Itu?

  1. Kacau dalam Struktur, Bukan Hanya Skor
    Kita tidak hanya kalah. Kita terlihat kalah. Tim kita tidak bermain sebagai unit kolektif. Lini tengah longgar, garis pertahanan naik-turun tak terkendali, dan transisi bertahan sangat lambat. Jepang, dengan taktik rapi dan pola pergerakan presisi, seolah menari-nari di antara kekosongan ruang yang kita tinggalkan.

  2. Kurangnya Adaptasi dan Komunikasi
    Beberapa pemain terlihat bingung, saling tunjuk saat bola hilang, menandakan dua hal: kurangnya chemistry dan kurangnya adaptasi terhadap tekanan intensif dari Jepang. Dalam permainan sekelas itu, satu detik ragu bisa berujung gol.

  3. Faktor Mental dan Beban Ekspektasi
    Kita terlalu berharap keajaiban, lupa bahwa Jepang bukan tim yang memberi ruang untuk bermimpi tanpa persiapan brutal. Beban publik, media sosial, dan semangat nasionalisme yang membuncah bisa jadi malah menjadi beban, bukan kekuatan.

🔍 Lalu, Apa Makna dari Semua Ini?

Things happen for a reason.
Tuhan, sejarah, bahkan algoritma realitas selalu bekerja dengan hukum sebab-akibat. Kekalahan 6–0 ini bukan kutukan, bukan karma buruk, tapi peringatan. Tentang apa? Tentang pentingnya membangun tim bukan hanya dari semangat, tapi juga dari sistem. Dari manajemen yang terstruktur, pembinaan usia dini yang konsisten, dan keberanian untuk mengakui bahwa kita belum selevel — belum.

Kita perlu menerima bahwa realitas kita hari ini adalah cermin dari reasoning masa lalu: kebijakan yang setengah hati, pembinaan yang tambal sulam, dan glorifikasi yang seringkali terlalu dini.

🌱 Penutup: Dari Kekalahan ke Kesadaran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun