Sudah lebih dari satu tahun kegiatan belajar-mengajar dilakukan dirumah. Kegiatan ini sebagai bentuk pencegahan terhadap penyebaran virus Corona. Umumnya belajar dari rumah atau Study From Home (SFH) ini dilakukan secara daring (online) menggunakan gadget atau laptop yang terkoneksi dengan internet. Melalui sebuah aplikasi (misal: Zoom), pengajar dapat dengan mudah menjelaskan bahan pembelajaran kepada anak didiknya melalui video call. Namun ada pengajar yang masih kurang menguasai bahan pembelajarannya sehingga membuat anak didiknya kurang paham apa yang disampaikan.
"Yang sangat disayangkan adalah ketika dosen kurang menguasai ketika menjelaskan lewat media. Jadi penyampaiannya ke mahasiswa kurang bisa dimengerti. Mahasiswa otomatis dituntut untuk bisa paham atau belajar dari sumber lainnya." ujar Salsabila R mahasiswa Universitas Negeri Jakarta yang tinggal di Bekasi, Jumat (4/6).
Lebih lanjut Salsa mengungkapkan, belajar dari rumah atau kuliah online itu kurang efektif dan membosankan. Ia berharap jika kuliah online ini masih akan terus berlanjut, harus dilakukan pembaruan atau inovasi pada sistem pembelajaran agar bisa berjalan efektif.
"Harus ada pembaruan gitu, harus ada cara untuk bisa memperbaiki untuk evaluasi sistem pembelajaran kuliah online atau daring, harus ada inovasi gitu.. gimana caranya agar berjalan efektif tanpa mengurangi tendensi kuliah online." ucap Salsa.
Disisi lain, Salsa merasa kuliah online itu efektif, tidak perlu mengeluarkan biaya ataupun tenaga untuk bertatap muka langsung.
Memang kuliah online menjadi jalan alternatif di saat pandemi seperti ini, namun penggunaannya yang mudah bukan berarti tidak ada hambatan. Salsa mengungkapkan kuliah online yang pada dasarnya meggunakan internet ini sering terhambat oleh sinyal.
"Faktor sinyal. Ini sering terjadi ketika kuliah online atau agenda-agenda lain yang menggunakan daring." imbuhnya.
