Kegiatan sosial sering kali berlangsung lama, di lokasi yang jauh, dan membutuhkan tenaga ekstra. Mulai dari angkat-angkat logistik, hingga berdiri lama untuk dokumentasi.
2. Risiko Psikologis
Melihat langsung kondisi lansia yang sebatang kara, anak-anak tanpa keluarga, atau disabilitas tanpa fasilitas memadai, tentu menyentuh emosi. Beberapa relawan bahkan pulang dengan hati berat dan pikiran kalut. Sayangnya, tidak semua kegiatan memberi ruang untuk melepaskan beban emosional ini.
3. Risiko Konsumsi: Yang Paling Sering Terjadi
Di banyak kegiatan, fokus utama adalah peserta seperti anak-anak, lansia, atau relawan lapangan. Akibatnya, pengurus sendiri sering tidak kebagian konsumsi. Bukan karena lupa, tapi karena anggaran sangat terbatas dan semua ingin mengutamakan penerima manfaat.
Kami mengerti, tapi itu tidak menghapus fakta bahwa tim pengurus juga manusia. Ada kelelahan, ada lapar, dan tetap butuh asupan untuk menjalankan peran. Ini adalah risiko yang sering disepelekan padahal berdampak besar terhadap performa tim.
4. Risiko Dana: Antara Patungan dan Kekurangan
Dana kegiatan sering kali berasal dari patungan. Tapi karena kebutuhan cukup banyak konsumsi, donasi, transportasi, alat dokumentasi, akhirnya tidak semua bisa dipenuhi. Kadang kami harus mengorbankan beberapa hal, bahkan keluar uang pribadi tanpa direncanakan.
5. Risiko Rundown: Jadwal yang Tidak Pernah Pasti
Hampir semua kegiatan tidak berjalan sesuai rundown. Entah itu peserta telat datang, tempat belum siap, atau tamu undangan belum hadir. Sebagai tim media, kami jadi harus menyesuaikan cepat dan sering kehilangan momen penting karena tidak ada informasi real-time.
6. Risiko Dokumentasi: Alat, Ruang, dan Waktu