Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Malu pada Masa Lalu, Jangan Sampai Hari Kebangkitan Jadi Hari Rebahan Nasional

20 Mei 2020   21:37 Diperbarui: 20 Mei 2020   21:41 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kaum rebahan. Dokpri.

Hari Kebangkitan Nasional pertama kali diperingati tahun 1948. Sebelum bercerita mengenai tahun itu, saya menemukan sebuah potongan koran Harian Rakjat, tertanggal Rebo, 19 Mei 1964.

Di bawah halaman depan koran tersebut tertulis, Hidup hari kebangunan nasional untuk persatuan jang seluas-luasnja! Ya, saat itu kebangkitan masih ditulis kebangunan!

Harian Rakjat. | dok. Historia.
Harian Rakjat. | dok. Historia.
Editorialnya menarik. Mengapa hari begini kita peringati?

Pada itu, ada golongan yang tidak mengakui pentingnya hari-hari nasional. Di Belanda misalnya, ada yang anti perayaan 5 Mei (Hari Kemerdekaan). 

Di Indonesia juga, pada zaman kabinet Hatta, perayaan-perayaan memperingati hari 12 November yaitu hari pemberontakan tahun 1926 dilarang oleh kepolisian. Hatta tidak mau perlawanan terhadap kolonialisme Belanda diperingati sebab politik Hatta justru bersekutu dengan kolonialisme Belanda. Koran itu menyebut buktinya karena Hatta menyetujui Konferensi Meja Bundar yang dianggap merugikan Indonesia.

Koran yang memang berbau kiri, karena menampilkan headline D.N Aidit itu, juga mengutip Aidit di editorialnya, "Tidak ada syarat-syarat objektif yang mengharuskan adanya perpecahan antara kaum nasionalis, golongan agama, dan kaum komunis."

Sekelumit potongan editorial koran tersebut menunjukkan banyak hal mulai dari perseteruan politik pada masa sebelum terjadi G30S, hingga konstelasi politik dan makna mengenai Hari Kebangkitan Nasional.

Tidak sedikit yang tidak menyetujui dipilihnya 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Budi Oetomo dianggap Tan Malaka terlalu Jawasentris, begitu pun oleh Minke (tokoh rekaan dalam Bumi Manusia) yang menyoroti organisasi tersebut hanya mengutamakan kebangkitan para priyayi Jawa.

Namun, ada pandangan yang menarik, kenapa Soekarno memilih Budi Oetomo sebagai titik tumbuh kebangkitan nasional. Pada saat itu terjadilah krisis politik sebagai simbol kebangkitan dan persatuan. Hilmar Farid mengatakan, "Boedi Oetomo dipilih karena ia organisasi yang paling moderat, nasionalis, jalan tengah, dan yang paling penting tidak berhasil secara politik." Meski kemudian ia tidak menampik bahwa Budi Oetomo adalah organisasi modern yang paling pertama yang menjadi ide atau penanda kebangkitan itu sendiri. "Tapi di pihak lain kita tidak mungkin mengabaikan peran Boedi Oetomo sebagai salah satu pelopor organisasi modern di Indonesia." (Historia).

Menyimak cerita-cerita masa lalu memang selalu menarik. Sebab kita menyaksikan betapa banyak orang cerdas, berlawanan ide, namun mampu bertarung secara ide dengan begitu cerdas.

Musuh secara langsung, berupa penjajahan, memang menempa mental bangsa kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun