Mohon tunggu...
Princess E Diary
Princess E Diary Mohon Tunggu... wiraswasta -

~ A Dreamer Princess ~

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

[FFA] Panggil Aku si Putri Tidur

20 Oktober 2013   01:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:17 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By :

Princess E Diary ( 20 )

Panggil aku Putri Tidur.

Kenapa?

Karena namaku Putri dan aku suka sekali tidur.

Menurutku tidur adalah sesuatu yang paling menyenangkan di dunia ini

Kasur yang empuk, sprei yang halus, selimut dengan bulu-bulu yang lembut, dengan cepat aku pun terlelap.

***

Brrrr.....

Dingin sekali... Aku kedinginan.

Hei... Aku ada dimana ya...

Aku menoleh ke kiri dan ke kanan dan mulai mengamati sekitarku.

Ini bukan kamarku. Ranjang ini terlalu besar dengan ukiran keemasan melengkung membentuk sebuah pita besar di sandaran kepala ranjang, cantik sekali mataku melihatnya. Disebelah kiriku ada meja kecil dengan sebuah buku diatasnya, sepintas kulihat buku itu tebal dan tidak ada gambar apa pun di cover depannya, hanya sebuah tulisan Princess dengan warna emas tertera disana.

Saat aku melihat ke sebelah kanan, aku melihat sebuah meja rias, kembali dengan ukiran keemasan serasi dengan ranjang yang sedang aku tiduri ini. Seperti layaknya meja rias, diatasnya ada bermacam-macam botol parfum dengan bentuk yang menarik. Sisa barang lainnya tidaklah menarik untuk aku lihat, kecuali satu barang yang membuat bola mataku serasa ingin loncat karena kagetnya. Ada sebuah frame foto, didalamnya ada foto seseorang yang sepertinya seorang putri lengkap dengan dayang-dayang yang sedang berdiri dibelakangnya. Yang membuat aku kaget dan buru-buru mengambil frame foto untuk didekatkan supaya lebih jelas adalah betapa miripnya wajah didalam frame itu dengan diriku, hanya saja rambutnya lebih ikal dan berwarna keemasan lain dengan rambutku yang lurus dan berwarna hitam, matanya pun berwarna biru lain dengan mataku yang berwarna coklat. Siapa dia ya?

Belum habis kekagetanku, saat aku mengalihkan pandangan dari frame dan melihat ke cermin, wah! Aku berubah menjadi putri dalam frame itu, rambutku menjadi ikal keemasan, mataku berubah warna menjadi biru!

Tak mau berlama-lama didalam kamar ini, aku memutuskan untuk berjalan-jalan diluar kamar, siapa tahu dengan berjalan-jalan bisa menghangatkan tubuhku yang dari tadi sudah kedinginan.

Sambil merapatkan jubah tidurku, aku pun membuka pintu dan melangkah keluar dari kamar.

Pemandangan diluar kamar ini membuatku tercengang, tidak ada kamar-kamar lain, hanya ada sebuah lorong panjang. Lorong ini sepertinya berujung sebuah pintu yang terkuak sedikit, sehingga ada secercah cahaya yang redup bersinar dari kejauhan.

Hm... Pergi kesana nggak ya... Suasana yang gelap dan di tempat yang asing sekali membuatku menjadi ragu-ragu untuk berjalan ke arah cahaya itu. Namun akhirnya rasa penasaranku mengalahkan rasa takutku. Pelan namun pasti aku berjalan menuju pintu itu.

Jantungku berdebar semakin kencang. Aku sudah berada di depan pintu itu. Dengan membulatkan tekad dan berdoa dalam hati, aku mendorong pintu itu dan melongok ke dalam.

Seorang perempuan sedang duduk di kursi kayu, kelihatan tekun sekali mengerjakan sesuatu sampai dia tidak menyadari kalau aku sudah berada didalam. Aku terpaku melihatnya. Ada sesuatu yang tidak asing dengan dirinya. Alis yang berkerut naik tanda konsentrasi tingkat tinggi. Tangan yang putih halus dengan sedikit bercak coklat di lengan. Astaga! Itu ibuku! Atau seseorang yang mirip ibuku?

“Hai Putri, kemarilah duduk disini bersamaku.” Perempuan itu memanggilku.

Tambah aneh saja. Darimana dia tahu namaku ya.

Seperti terhipnotis aku menuruti ucapannya dan duduk disampingnya.

“Apa itu?” Tanyaku.

“Ini gaun pesta, aku menjahitnya untuk anakku, sebentar lagi adalah hari ulang tahunnya.” Jawabnya.

“Cantik sekali. Pasti anak ibu akan suka menerimanya. Apakah itu mutiara bu yang sedang dijahit ke atas gaun itu?” Tanyaku lagi.

“Ya betul sekali Putri, ini adalah mutiara. Gaun ini nantinya akan dipenuhi dengan mutiara sebagai hiasan supaya gaun ini kelihatan indah.” Jawabnya sambil tersenyum.

“Wah beruntung sekali anak ibu ya, memiliki ibu yang penyayang dan ingat akan ulang tahunnya, tidak seperti ibuku, tiap hari sibuk kerja terus. Padahal sebentar lagi aku juga ulang tahun lho bu. Jangan-jangan ibuku lupa dengan ulang tahunku.” Kataku sambil menghela napas panjang.

“Huss... Nggak boleh punya pikiran seperti itu Putri. Semua ibu itu pasti sayang dengan anaknya. Putri ingat kan sampai ada lagu tentang kasih ibu untuk menggambarkan betapa sayangnya seorang ibu pada anaknya.” Hiburnya padaku.

“Iya ingat kok bu. Lagu yang ini ya. Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi, tak harap kembali. Bagai sang surya menyinari dunia.” Aku pun bersenandung.

“Ya betul Putri. Setiap mendengarkan lagu itu membuat ibu terharu. Menjadi seorang ibu, seorang bunda bagi anaknya itu benar-benar sesuatu yang tidak mau aku tukar dengan apapun di dunia ini, itu sangat berharga bagiku. Karena itulah ibu percaya tidak akan ada seorang ibu yang jahat dengan anaknya. Termasuk juga ibu kamu tentunya Putri. Sibuk kerja itu juga demi siapa, pasti demi Putri juga kan. Putri bisa sekolah, bisa makan teratur, itu semua adalah hasil dari kerja keras ibu Putri. Jadi jangan pernah berpikir jelek tentang ibu kita sendiri ya Putri. Tidak ada ibu yang jahat, percaya deh.” Jelasnya sambil mengedipkan sebelah matanya padaku.

“Ya ibu.” Aku manggut-manggut mendengarkan penjelasannya.

Jam dinding di ruangan ini tiba-tiba berdentang. Satu. Dua. Tiga. Empat. Lima. Enam. Tujuh.

***

Putri.... Putri.... Bangun nak.....

Sayup-sayup aku dengar suara ibuku memanggil. Mataku membuka perlahan. Aku bangun terduduk di kasur.

“Selamat Ulang Tahun ya anakku. Semoga semakin pintar, cantik dan cinta Tuhan.” Kata ibu sambil memelukku.

“Terima kasih bu. Putri pikir ibu lupa.” Kataku pelan.

“Bagaimana mungkin ibu lupa dengan ulang tahun putri ibu yang tersayang? Tuh lihat ada gaun pesta sudah ibu belikan untuk putri pakai nanti di pesta ulang tahun.” Kata Ibu sambil mencubit pipiku dengan sayang.

Sambil berlari riang aku membuka kotak besar putih itu. Apa yang ada didalamnya benar-benar membuat mataku terbelalak. Gaun Mutiara yang dibuat ibu dalam mimpiku itu berada di tanganku sekarang. Sambil mengagumi betapa cantiknya gaun ini, aku melihat sebuah label Princess di bagian belakang gaun ini. Ah...

“Lho kenapa Putri? Kok melongo lihat gaunnya?” Tanya Ibu padaku.

Aku hanya menggeleng sambil tersenyum.

Aku tidak mau menceritakan mimpiku semalam kepada semua orang, bahkan kepada ibuku.

Aku sudah tahu komentarnya.

Aku si Putri Tidur.

Sang pemimpi kelas wahid.

*princessediary_oct2013*

NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akunFiksiana Community

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun