Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Gamelan, Arsenal dan Upaya Menjadikan Borobudur Pusat Musik Dunia

11 Mei 2021   08:22 Diperbarui: 11 Mei 2021   08:27 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Melalui tajuk Sound of Borobudur, upaya menjadikan Borobudur pusat musik dunia mulai dilakukan (foto: britannica.com)

Pada 2013 lalu, klub Liga Inggris Arsenal mengadakan tur ke Indonesia. Untuk mempromosikan kedatangan klub berjuluk The Gunners tersebut, manajemen klub membuat video yang memperlihatkan para pemain Arsenal bermain gamelan Jawa. Video ini hanya setitik bukti pengakuan terhadap gamelan sebagai alat musik identitas bangsa Indonesia. 


Gamelan berasal dari kata "gamel" yang dalam bahasa Jawa artinya memukul atau menabuh, sedangkan akhiran "an" merujuk pada kata benda. Secara harfiah gamelan bisa dimaknai sebagai seperangkat alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul atau ditabuh.

Menurut teori sejarawan Belanda J.L.A Brandes yang dikutip dari Sejarah Batik Yogyakarta (Suyanto AN, Rumah Penerbitan Merapi, 2002), gamelan sudah dikenal masyarakat Jawa jauh sebelum datangnya pengaruh budaya India. Namun karena pada masa itu masyarakat belum mengenal sistem tulisan, sulit untuk mengetahui waktu atau tahun yang tepat. Tidak ada bukti-bukti tertulis yang dapat dipakai untuk melacak dan merunut alat musik pada masa prasejarah. 

Relief Alat Musik di Beberapa Candi di Indonesia

Bukti tertulis baru bisa kita dapatkan saat kebudayaan India masuk ke Indonesia yang menandai masa kerajaan Hindu-Budha. Melalui relief di Candi Borobudur dan Prambanan, kita dapat mengetahui masyarakat Jawa dulu sudah mengenal musik dan punya keterampilan memainkan beberapa alat musik tertentu.

Bukti sejarah peradaban musik ini dapat ditemukan dalam relief Lalitavistara dan JtakaAwadna (deretan keempat). Arkeolog Timbul Haryono dalam makalah diskusi Sejarah Seni Pertunjukan dalam Perspektif Arkeologi (2006) menuliskan isi relief sebagai berikut:

".... OBb.X.66 : Suatu adegan upacara ritus bagi stupa, yang diberi hiasan dan diletakkan di atas sebuah batur dengan diiringi oleh para dayang yang membawa saji-sajian.Terlihat seorang biksu sedang khidmat melakukan sembahyang. Alat musik yang terlihat yaitu: tiga buah kendang, dua di antaranya berbentuk silindris lurus dengan alat pukulnya sedang satu di ntaranya berbentuk lebih kecil, sebuah kendang cembung berukuran sedang. IBb.XIV.89. : Suatu adegan tari berpasang-pasangan pria dan wanita, dengan iringan sebuah orkes musik. Alat-alat musik yang mengiringinya ialah: sebuah (semacam) calung, sebuah bel/genta bertangkai dengan alat pukulnya dan sebuah (semacam) gambang dengan dua buah alat pukul... ".

Dari penjelasan arkeolog Timbul Haryono tersebut, kita mengetahui fungsi gamelan pada zaman Hindu-Buddha tak lain adalah sebagai pengiring musik dalam ritual upacara Hindu-Buddha.

Itu sebabnya, relief alat musik dan pertunjukan musik tak hanya ditemukan di Candi Borobudur saja. Pada beberapa candi di Jawa Timur juga ditemukan relief alat musik.

Timbul Haryono dalam Seni Pertunjukan Jawa Kuno (Pustaka Raja, 2004) mencatat, relief instrumen alat musik di candi-candi masa Jawa Timur dapat dijumpai pada candi Jago (abad ke -13 M) berupa alat musik petik: kecapi berleher panjang dan celempung. Sedangkan pada candi Ngrimbi (abad ke - 13 M) ada relief reyong (dua buah bonang pencon). Sementara itu relief gong besar dijumpai di candi Kedaton (abad ke-14 M), dan kendang silindris di candi Tegawangi (abad ke-14 M). Pada candi induk Panataran (abad ke-14 M) ada relief gong, bendhe, kemanak, kendang sejenis tambur; dan di pandapa teras relief gambang, reyong, serta simbal. Relief bendhe dan terompet ada pada candi Sukuh (abad ke-15 M).

Sound of Borobudur, Upaya Menjadikan Borobudur Pusat Musik Dunia

Keberadaan relief instrumen alat musik di beberapa candi menunjukkan bangsa kita pada jaman dulu pernah menjadi pusat peradaban seni musik. Klaim ini tidak berlebihan mengingat relief alat musik dan pertunjukannya paling lengkap ditemukan di Candi Borobudur, candi Budha terbesar di dunia. Pada jaman kerajaan Mataram dari dinasti Syailendra, Candi Borobudur adalah pusat peradaban agama Budha.

Sebagai upaya memperkenalkan alat musik asli Indonesia, sekaligus melestarikan warisan budaya bangsa, sekelompok musisi berupaya mewujudkan relief-relief alat musik yang terpahat di dinding candi menjadi bentuk konkrit. Melalui tajuk Sound of Borobudur, upaya memperkenalkan peradaban musik tanah air sekaligus menjadikan Borobudur pusat musik dunia mulai dilakukan.

Seperangkat dawai dan alat gerabah yang sudah punah telah direkacipta.  Instrumen musik abad ke-8 itu dipertemukan dengan berbagai alat yang dikumpulkan dari 34 propinsi di Indonesia. 

Para musisi merekonstruksi instrumen musik dari relief Candi Borobudur (japungnusantara.org)
Para musisi merekonstruksi instrumen musik dari relief Candi Borobudur (japungnusantara.org)
Ketika instrumen musik abad ke-8 berkumandang dalam lintasan waktu masa kini, tak pelak telinga dunia akan mengarah ke Borobudur.  Upaya anak bangsa untuk mengenali kebesaran peradaban masa lampau ini sekaligus menunjang visi pariwisata Indonesia, sebagai salah satu wujud penggambaran tajuk branding Wonderful Indonesia. Manfaat yang secara riil dirasakan oleh Indonesia termasuk masyarakat di sekitar Borobudur adalah potensi ekonomi berantai ketika Indonesia menjadi bukan saja Pusat Musik Dunia, tetapi juga Pusat Tradisi Dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun