Hadis-hadis Nabi pun laku keras, disimak begitu saja tanpa mampu meresapi 'ucapan-ucapan' dan perilaku Rasulullah Saw dengan sedalam-dalamnya.
Lucunya Diary, para ustaz selebriti yang lahir dari acara televisi ini cenderung pilih-pilih dalil. Yang sesuai dengan gaya hidup ditonjolkan, sementara dalil-dalil yang keras ditutupi. Konon katanya sudah tidak sesuai dengan jaman.
Dear Diary,
Itulah potret Ramadan yang tersia-siakan setiap tahunnya. Datang dan perginya Ramadan, kadang tiada jelas defenisinya: disenyumi atau ditangisi...!
Diary,
Ramadan yang katanya istimewa akhirnya jadi bulan biasa. Bulan-bulan lain yang semula cemburu dengan keistimewaan Ramadan kini malah prihatin.
Sebab, di zona Ramadan, justru umat Islam aktif memboros, berbuat berlebih-lebihan dan memilih i'tikaf di pusat perbelanjaan. Kalau sekarang i'tikafnya lewat ponsel.
Lucu kan, Diary? Di bulan yang semestinya kita bisa berhemat karena hanya makan dan minum di malam hari saja, kita malah berlaku boros.
Termasuk aku sendiri, yang kadang masih sering tidak tahan untuk membeli makanan yang berlebih, terutama makanan yang memang hanya muncul di bulan Ramadan saja.
Diary, Â meski sudah tahu kita tak boleh boros dan mubazir, tetap saja kita selalu mencari pembenaran. Alasannya sih untuk persediaan berbuka puasa atau untuk sahur nanti.
Kita tak mau tahu apakah makanan-makanan yang kita beli itu bisa kita habiskan atau kita buang percuma sisanya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!