Dear Diary,
Tahun ini aku ingin Ramadanku beneran.
Tahun ini aku enggak ingin mengulang kesalahan yang sama, yang selalu terjadi setiap kali Ramadan menjelang.
Tahu nggak diary, kalau setiap Ramadan datang, suasananya hampir selalu sama. Kecuali tahun kemarin, karena ada pandemi Covid-19.
Ya, tahun lalu suasana Ramadan sempat diselimuti kesedihan. Tak ada buka puasa bersama, tak boleh sholat tarawih berjamaah.
Apalagi bagi mereka yang di perantauan, tak bisa lagi mudik lebaran. Padahal kita sudah terbiasa dengan kemeriahan ritual dan suasana Ramadan yang ceria.
Tapi Diary, meski serba dibatasi akibat pandemi, ternyata makna dan hakikat Ramadan tak jauh berbeda.
Setiap kali Ramadan datang, stasiun televisi pada insyaf semua. Acara-acara yang mempertontonkan paha dan dada dihentikan sementara.
Artis-artis banyak yang bertobat. Hijab yang semula dianggap radikal mendadak jadi pemandangan normal.
Banyak pula yang mendadak ustaz. Ramai menyampaikan satu dua ayat Al-Quran. Dan bisa ditebak, surat Al-Baqarah ayat 183 laris manis dilafazkan. Sayangnya Diary, mereka melafazkannya dengan datar, tanpa makna apa-apa.