Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah Ditemukannya Pewarna Ungu

18 Maret 2021   08:07 Diperbarui: 18 Maret 2021   10:00 1837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warna ungu melambangkan aristokrasi karena hanya orang kaya dan anggota kerajaan yang bisa menggunakannya (unsplash.com/Sincerely Media)

Beberapa brand yang menjual produk untuk pasar kelas menengah ke atas menggunakan ungu sebagai warna dominan dalam logo produknya. Dalam psikologi warna brand, ungu dianggap mewakili warna kerajaan. Ungu selalu dikaitkan dengan kemewahan, kebijaksanaan, dan kemuliaan. Anggapan ini bukan tanpa sebab atau sekedar cocokmologi saja, melainkan ada sejarah dan faktanya. 

Pewarna Ungu Pertama Ditemukan oleh Anjing Heracles

Menurut mitografer Romawi Julius Pollux, yang menulis pada abad ke-2 M, warna ungu pertama kali ditemukan dan dikenal manusia melalui anjing milik Heracles of Tyre (ada yang mengatakan anjing milik Heracles atau Hercules dalam mitologi Romawi/Yunani). Ketika itu, Heracles mengajak anjingnya jalan-jalan di pantai Tyre (saat ini Lebanon) yang terletak di wilayah laut Mediterania.

Di sana, terdapat spesies siput laut ( Murex brandaris Linneaus) yang menghasilkan lendir berwarna ungu. Tanpa sengaja, anjing Heracles menggigit sebuah siput. Ketika digigit, siput ini mengeluarkan lendir berwarna ungu. Kisah ini digambarkan oleh Peter Paul Rubens dalam lukisannya Hercules 'Dog Discovers Purple Dye". Dari sinilah kemudian warna ungu pada awalnya disebut Tyrian Purple atau warna ungu Tyre (Tirus).

Lukisan dari Peter Paul Rubens yang menggambarkan ditemukannya warna ungu (arkeofili.com)
Lukisan dari Peter Paul Rubens yang menggambarkan ditemukannya warna ungu (arkeofili.com)

Untuk mendapatkan pewarna ungu, diperlukan 250 ribu siput Murex yang hanya bisa menghasilkan satu ons ekstrak pewarna. Siput-siput Murex yang dikumpulkan kemudian dibuka cangkangnya. Setelah itu, lendir berwarna ungu yang dihasilkan siput sebagai alat pertahanan diri itu diekstraksi lalu dipaparkan di bawah sinar matahari dalam beberapa waktu. 

Warna Ungu hanya Dimiliki Orang Kaya dan Anggota Kerajaan

Karena prosesnya yang rumit dan membutuhkan bahan baku yang sangat banyak, pewarna ungu dihargai sangat mahal. Kelangkaan dan harga yang sangat mahal membuat hanya kalangan tertentu saja yang dapat membeli dan menggunakan pewarna ungu.

Hanya orang-orang kaya dan anggota keluarga kerajaan saja yang bisa mewarnai kain atau jubah mereka dengan warna ungu. Raja Phoenix of Tyre tercatat sebagai penguasa pertama yang memakai warna ungu dan mengatur penggunaannya saat itu. Kekaisaran Byzantium, Kekaisaran Roma, dan Uskup Katolik Roma adalah contoh kalangan bangsawan yang menggunakan warna ungu sebagai warna resmi. Ratu Elizabeth I bahkan melarang orang lain selain kerabat kerajaan untuk menggunakan warna ini. Inilah sebabnya warna ungu dikaitkan dengan kekuasaan dan kekayaan.

Semakin lama, bahan baku untuk membuat pewarna ungu semakin langka. Harga pakaian yang menggunakan warna ungu juga menjadi semakin mahal. Pada saat itu, semua pewarna yang digunakan untuk mewarnai kain adalah bahan alami. Banyak di antaranya mahal dan membutuhkan proses pembuatan yang rumit karena harus mengekstraksi bahan baku. Selain itu, banyak pewarna yang tidak stabil atau mudah luntur.

Di era yang lebih modern, ketika banyak warna sudah ditemukan pewarna sintetisnya, warna ungu masih menjadi misteri. Hingga kemudian seorang pemuda yang melakukan percobaan kimia menemukannya secara kebetulan. 

Pewarna Ungu Sintetis Ditemukan Seorang Mahasiswa Dengan Tidak Sengaja

William Henry Perkin adalah mahasiswa Royal College of Chemistry di London. Pada 1856, Perkins yang baru berusia 18 tahun menjadi asisten dari ahli kimia terkenal, August Wilhelm von Hofmann. Tiga tahun sebelumnya, Hofmann telah menerbitkan hipotesis tentang kemungkinan mensintesis kina, zat alami yang mahal dan banyak dibutuhkan untuk pengobatan malaria. Setelah menjadi salah satu asisten Hofmann, Perkin memulai serangkaian eksperimen untuk mencoba mencapai tujuan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun