Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Koruptor Menghadapi Vonis dari Hakim Bao Indonesia

3 Maret 2021   08:23 Diperbarui: 3 Maret 2021   08:56 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Akan kubuat vonis dari si Hakim Bao itu tidak ada artinya, bagai guratan di atas air yang demikian cepat menghilang (shutterstock)

"Sudah kamu selidiki siapa hakim yang memimpin persidanganku nanti?" tanyaku pada Poltak, pengacara yang kusewa untuk menangani kasus yang membelitku.

"Sudah pak. Berdasarkan informasi yang saya terima, sidang kasus bapak nanti akan dipimpin oleh Hakim Bao."

"Bah! Kamu pikir kita lagi hidup di Cina jaman kerajaan?" kataku marah sambil menggebrak meja. Empat orang sipir yang menjaga selku sempat menoleh, namun langsung memalingkan muka begitu saja seolah sedang tidak mendengar dan melihat apa-apa.

"Tidak, Pak. Saya tidak sedang bercanda. Memang, hakim yang akan memimpin sidang bapak nanti terkenal dengan julukan Hakim Bao Indonesia. Beliau dikenal sangat tegas terhadap koruptor. Maaf, saya tidak menganggap bapak koruptor lho," kata Poltak. Wajahnya menunduk, tidak berani memandangku langsung. Kulihat asisten pribadinya juga menunduk. Tangannya sibuk membolak-balik berkas yang ada di pangkuannya.

"Hakim Artijo maksudmu?" tanyaku mencoba meyakinkan.

"Benar pak."

"Terus, apa yang kamu takuti dari Artijo, hah? Dia juga manusia biasa, bukan dewa."

Poltak tidak menjawab.

"Sudah, sekarang yang penting bagaimana caranya supaya si Hakim Bao itu mau menjatuhkan vonis yang ringan. Berikan apa saja yang dia inginkan. Uang tidak jadi masalah. Kalau perlu, buat dia kaya sampai tujuh turunan!"

Mendengar perintahku, Poltak menghela nafas. Aku tahu apa yang ada di pikirannya. Menyuap Artijo bisa jadi sebuah misi yang mustahil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun