Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Alasan Kita Ingin Menikah Menentukan Usia Pernikahan

4 September 2020   00:29 Diperbarui: 4 September 2020   21:25 769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apa pun motif dan niat kita menikah, itu berangkat dari pilihan hati kita sendiri dan kebenaran yang kita percayai (instagram @mazawahyu)

Tak ada orang yang menikah untuk kemudian mengharapkan perceraian. Sebisa mungkin semua pasangan yang menikah menghindari masalah yang dapat menyebabkan perceraian. Setiap pasangan ingin pernikahan mereka langgeng, awet sampai usia senja.

Sayangnya, alam semesta tidak memiliki agenda tetap. Dalam mengarungi biduk rumah tangga, selalu ada goncangan yang dapat meretakkan perahu pernikahan kita.

Menikah Muda atau Nanti Saja?

Salah satu faktor yang kerap menjadi kambing hitam dari perceraian adalah usia saat menikah. Hubungan antara usia saat menikah dan risiko perceraian hampir linier: Semakin tua kita saat menikah, semakin rendah peluang perceraian dapat terjadi.

Bukan misteri mengapa orang yang menikah saat remaja menghadapi risiko perceraian yang tinggi. Para ahli sudah lama mengetahui dan mengingatkan bahwa pernikahan dini adalah prediktor kuat perceraian.

Ingat saja masa-masa pacaran kita saat SMA. Bersamaan dengan kegembiraan cinta pertama kita, muncul pula kecemburuan, rasa tidak aman, tekanan dari orangtua atau teman, dan keraguan tentang kondisi masa depan. Sekarang bayangkan menikah dalam kondisi yang sama.

Sementara gagasan bahwa menikah di usia yang lebih tua memiliki risiko lebih rendah terhadap prediksi perceraian juga masuk akal. Seiring pertambahan usianya, kemungkinan setiap pasangan lebih stabil secara finansial, memiliki mental dan kedewasaan diri yang lebih matang, punya tujuan hidup yang lebih jelas, dan telah menghabiskan cukup banyak waktu menjalin hubungan dengan pasangannya untuk mengetahui apa yang sebenarnya mereka inginkan.

Namun, apa pun bisa terjadi. Baik menikah muda maupun menikah di usia yang kata banyak orang sudah terlambat, keduanya sama-sama memiliki risiko berakhir di perceraian, sekalipun rasionya berbeda.

Renungkan Motif Atau Alasan Kita Ingin Menikah

Guna meminimalisir konflik agar ikatan pernikahan tidak berujung di tangan hakim pengadilan agama, banyak pakar dan pemerhati keluarga menyarankan agar setiap pasangan yang hendak menikah melakukan konsultasi dulu. Hal ini perlu dilakukan agar pasangan memahami betul apa sebenarnya niat dan tujuan menikah itu. 

Bagaimana bila sudah terlanjur menikah? Sama saja. Agar biduk rumah tangga tetap terjaga, pasangan yang sudah menikah juga dianjurkan untuk berkonsultasi.

Konsultasi di sini bukan berarti harus datang ke psikolog rumah tangga atau pakar pernikahan, melainkan refleksi atas niat dan tujuan pernikahan. Kita bisa melakukannya dengan bertanya pada orang yang sudah banyak makan asam garam pernikahan hingga bertukar pikiran dengan pasangan.

Saya ingat, sebelum memutuskan untuk menikah di usia yang masih cukup muda, saya banyak bertanya pada keluarga. Selain meminta doa restu dan dukungan, saya juga ingin menyerap hikmah pernikahan dan bertanya-tanya bagaimana supaya saya bisa membangun rumah tangga dengan baik.

Kebanyakan orang yang saya datangi untuk konsultasi selalu mengajukan pertanyaan yang sama: "Kamu yakin mau menikah?"

Pertanyaan yakin atau tidak yakin ini ternyata ujungnya berakhir pada motif atau niat kita menikah. 

Untuk apa kita menikah? Mengapa kita ingin menikah pada saat itu?

Coba renungkan kembali dan jawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini yang dapat mengungkap motif atau alasanmu ingin menikah:

  • Apakah kamu menikah karena menurutmu itu adalah langkah logis berikutnya dalam hubungan romantis yang sudah kamu rajut sebelumnya?
  • Apakah kamu berusaha menghindari stigma memiliki anak di luar nikah alias kamu sudah terlanjur "kecelakaan"?
  • Apakah keinginan menikah ini untuk meringankan tekanan eksternal, bosan ditanya kapan menikah atau hanya untuk membuktikan kesuksesan dan stabilitas pada usia tertentu?
  • Apakah kamu menikah karena menganggapnya ibadah atau untuk memenuhi persyaratan agama?
  • Apakah kamu menikah agar tidak kesepian?
  • Apakah kamu menikah karena desakan harus punya keturunan?

Perbarui Niat dan Tujuan Pernikahan Kita

Mungkin ada yang bertanya, dari sekian jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, apakah ada jawaban yang tepat? Dengan kata lain, apakah ada satu alasan, motif atau niat menikah yang benar?

Saya pribadi menganggap tidak ada alasan atau niat menikah yang paling benar, yang dapat digeneralisasikan untuk semua orang. Hakikatnya, apa pun motif dan niat kita menikah, itu berangkat dari pilihan hati kita sendiri dan kebenaran yang kita percayai.

Yang penting adalah komitmen kita setelah niat kita untuk menikah sudah tercapai. Apakah kita cukup puas dengan satu niat awal, atau kita ingin memperbaruinya dengan niat dan tujuan yang lebih baik lagi.

Misalnya, anggap saja niat awal kita menikah adalah untuk memiliki keturunan. Setelah punya anak, lalu apa berikutnya?

Atau, setelah menikah ternyata kita masih belum juga diberi keturunan. Apa yang kemudian harus kita lakukan?

Nah, pada titik inilah pembaruan niat menikah itu sangat penting agar pernikahan kita bisa bertahan. Apa pun alasan kita menikah, itu sangat menentukan umur panjang pernikahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun