Pernah melihat barista baru belajar meracik secangkir kopi?
Dulu, saat membuka kafe bersama beberapa teman, aku belajar meracik kopi sendiri. Ternyata tidak mudah untuk membuat secangkir kopi yang nikmat.
Pertama, aku harus memilih biji kopi yang paling pas sesuai selera lidah pembeli. Waktu itu, aku membeli beberapa biji kopi sekaligus. Ada robusta Dampit Sridonoretno yang beraroma cokelat, ada arabika Gayo yang beraroma buah-buahan, ada arabika Semeru yang beraroma sedikit masam. Pokoknya ada banyak macam pilihan biji kopi.
Setelah itu, aku masih harus menentukan suhu air yang tepat. Apakah biji kopi yang sudah digiling itu harus diguyur dengan air mendidih, atau air hangat bersuhu tertentu.
Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya aku menemukan racikan yang pas. Tentu, yang pas ini pertama kali kurasakan sesuai seleraku sendiri.
Tulisan yang Baik Butuh Bahan Baku Berkualitas
Tulisan yang baik tidak berbeda dengan secangkir kopi yang nikmat dalam hal kebutuhannya akan bahan baku berkualitas. Tanpa ada bahan baku, bagaimana mungkin kita bisa menulis?
Lalu, apa bahan baku tulisan?
"Pengalaman Anda adalah pondasi untuk cerita Anda; imajinasi Anda mengambilnya dari sana. "- J.R. Young
Seperti yang dikatakan J.R. Young, bahan baku utama dari tulisan kita adalah pengalaman hidup. Kalau begitu, apakah semua penulis terkenal memiliki pengalaman hidup unik yang dapat mereka tulis tetapi kita tidak bisa? Tidak juga. Â Sebagian besar dari mereka menjalani kehidupan biasa seperti yang kita lakukan sebelum buku-buku mereka menerima pengakuan yang begitu luas.
J.K. Rowling kehilangan ibunya ketika dia berusia 25 tahun dan tinggal di apartemen murah sebagai ibu tunggal sebelum dia mendapatkan ketenaran dari buku Harry Potter pertamanya.Â
Stephen King selama bertahun-tahun bekerja sebagai petugas kebersihan dan petugas pompa bensin untuk mendukung keluarganya, yang tinggal di sebuah trailer sampai seorang penerbit membeli novelnya Carrie. George R.R. Martin menghabiskan 13 tahun pertama karirnya dengan menulis naskah televisi dan mencari nafkah dari situ sebelum serial A Song of Ice and Fire meledak dan menjadi best seller dunia.
Kita juga memiliki pengalaman yang kurang lebih sama dengan beberapa penulis terkenal. Rutinitas harian kita juga tidak jauh berbeda dengan mereka. Tetapi, mengapa para penulis terkenal itu dapat menulis artikel dan buku yang luar biasa?
Pengalaman Hidup, Bahan Baku Berkualitas untuk Tulisan Kita
Banyak faktor penting yang membuat para penulis kelas dunia itu bisa menghasilkan karya tulis yang luar biasa. Namun, satu hal yang mungkin membedakan kita dengan mereka adalah bahwa mereka mencatat pengalaman mereka, baik dengan membentuk ide atau gagasan dalam pikiran mereka maupun hanya sekedar membuat catatan di jurnal harian.Â
Akhirnya, saat mereka ingin menulis tentang topik-topik tertentu, mereka dapat dengan mudah mengambil bahan mentah dari koleksi pengalaman hidup mereka, mengolahnya secara artistik, dan mengubahnya menjadi kisah-kisah yang menyentuh.
"Seorang penulis - dan, saya percaya, umumnya pada semua orang - harus berpikir bahwa apa pun yang terjadi padanya adalah sumber daya. Semua hal telah diberikan kepada kita untuk suatu tujuan, dan seorang seniman harus merasakan ini lebih intens. Semua yang terjadi pada kita, termasuk kesenangan, kemalangan, rasa malu, semua diberikan kepada kita sebagai bahan mentah, seperti tanah liat, sehingga kita dapat membentuk karya seni yang indah. " - Jorge Luis Borges
Apa pun yang kita lakukan dalam menjalani aktivitas sehari-hari, itulah bahan baku mentah yang bisa kita gunakan untuk menulis. Membaca, menonton film, silaturahmi dengan tetangga, hangout bersama teman, atau hanya sekedar jalan-jalan atau bersepeda di hari minggu yang cerah. Itu semua adalah bahan baku berkualitas yang cukup untuk kita jadikan pondasi dasar setiap tulisan.