Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penulis, "Entertainer" yang Jasanya Kurang Dihargai

23 Juli 2019   09:15 Diperbarui: 23 Juli 2019   09:20 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: unsplash.com/@chrisspiegl; grafis dokumentasi Himam Miladi

Ketika Penulis Menghilang Dari Linimasa Media Sosial.

Linimasa media sosial mendadak sepi. Tak ada postingan yang berisi tautan artikel dari berbagai blog atau website. Tak ada yang berbagi tips, opini, puisi, cerpen atau cerita dan berita ringan yang menghibur. Yang tersisa hanya tulisan berita faktual yang dikirim oleh para jurnalis.

Sadar bahwa umpan media sosial mereka seperti area pemakaman yang tak pernah dikunjungi orang, barulah netizen ramai berkomentar.

"Ada apa ini?" tanya Bejo pada temannya, Paijo. Biasanya, linimasa medsos Bejo selalu terisi umpan artikel otomotif dari para blogger. Berbagai tips dan trik mengulik motor dibacanya dengan tuntas. Tapi hari itu dia merasa kehilangan sesuatu. Beranda medsos-nya hanya berisi komentar dan pertanyaan yang sama dari teman-teman sesama penghobi otomotif.

"Gak tahu nih. Medsosku juga sepi, Jo. Gak ada yang berbagi tips menulis atau puisi dan cerpen mereka," kata Paijo menimpali keheranan temannya. Berbeda dengan Bejo yang hobi otomotif, Paijo senang membaca fiksi. Meskipun hingga saat ini dia masih belum mau untuk menulis atau membuat karya sendiri.

Menjelang sore, barulah netizen tahu apa penyebab sepinya linimasa medsos mereka. Ternyata, saat itu ada pemogokan massal para penulis sedunia. Blogger, Content Writer, Copywriter, penulis buku, penyair, cerpenis, hingga para remaja yang mulai gemar menulis puisi dan cerita-cerita pendek kompak memutuskan untuk berhenti menulis!

"Mengapa kalian berhenti menulis?" tanya seorang jurnalis pada pimpinan Konfederasi Penulis dan Blogger Se-Dunia saat mereka menggelar jumpa pers.

"Sebenarnya, aksi hari ini adalah wujud dari suara hati yang sudah kami pendam begitu lama. Kami, para penulis, merasa kurang dihargai oleh para pembaca dan penikmat industri hiburan. Kami merasa, apa yang kami hidangkan pada kalian tidak mendapat imbalan yang pantas. Dibandingkan penghibur lain, para penulis  tidak mendapat penghasilan yang layak. Kami kerap diperlakukan sebagai mesin. Kami sering diperintahkan untuk terus menulis, tetapi kebutuhan dan kesejahteraan hidup kami tidak pernah diperhatikan. Tidak ada yang peduli dengan nasib para penulis. Karena itu, mulai hari ini kami memutuskan untuk berhenti menulis, dan mulai mencari pekerjaan lain yang bisa mencukupi kebutuhan hidup kami."

***

Penulis, "Entertainer" yang Kurang Dihargai.

Ilustrasi cerita di atas tentu saja imajinasi belaka. Tapi, seandainya benar terjadi, terbayang tidak seperti apa respon orang-orang? Beberapa orang mungkin bertanya-tanya di mana gerangan para penulis ini - terutama jika si penulis selalu hadir di beranda media sosial membagikan karya tulisnya. 

Dan mungkin pula lebih banyak yang tidak memperhatikan. Karena bagi mereka ini, ada atau tidak adanya penulis tidak memiliki efek langsung dalam hidup mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun