Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Dongeng Politik Jokowi dan Prabowo, Mana yang Lebih Menarik bagi Pemilih?

26 Maret 2019   08:55 Diperbarui: 26 Maret 2019   09:25 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Capres urut 1 Joko Widodo dan nomor urut 2 Prabowo Subianto berjalan bersama pada Deklarasi Kampanye Damai dan Berintegritas di Kawasan Monas, Jakarta, Minggu (23/9/2018). Deklarasi tersebut bertujuan untuk memerangi hoaks, ujaran kebencian dan politisasi SARA agar terciptanya suasana damai selama penyelenggaraan Pilpres 2019.(MAULANA MAHARDHIKA)

Ada hal menarik yang saya amati dari dua kandidat calon presiden pada pilpres 2019 kali ini. Baik Jokowi maupun Prabowo membawa dongeng politik masing-masing. Menariknya, dongeng politik Prabowo mirip dengan dongeng politik Donald Trump. Sementara dongeng politik Jokowi mirip dengan Hillary Clinton.

Dalam pertarungan memperebutkan gelar POTUS pada tahun pemilihan 2016 lalu, Trump menjual cerita Amerika Serikat (sedang) berantakan dan dia bisa membuatnya hebat lagi. Make American Great Again (MAGA). Sementara Hillary Clinton lebih kompleks.

Dia menyajikan dongeng politiknya secara berbeda satu per satu. Hillary dalam kampanyenya berusaha menjaga kehidupan pribadinya terpisah dari kehidupan publiknya. Di lain kesempatan, dia juga kerap menceritakan sejarah panjang kesuksesan dan perjuangan pribadi profesionalnya. Tidak adanya narasi tunggal yang sederhana dari kampanye Hillary inilah yang dinilai pengamat politik Amerika merugikan kampanyenya.

Menurut Mark McKinnon, kepala strategi dan penasehat media untuk beberapa mantan presiden Amerika Serikat dan sekarang produser dari acara The Circus di situs Showtime, ketika berbicara tentang komunikasi politik dari kampanye presiden, publik Amerika cenderung memilih kandidat presiden yang datang dengan narasi terbaik, dengan dongeng politik (political storytelling) terbaik.

Dongeng politik dalam kampanye presiden di AS bukan hal yang baru lagi. Mendongeng politik bukan tentang kebijakan, kredibilitas, atau kualifikasi personal. McKinnon mengatakan, para pemilih terhubung dengan kandidat dengan cara yang sama mereka terhubung dengan buku dan film; orang-orang tidak akan terlibat tanpa cerita yang bagus.

Saat para politikus dan kandidat presiden AS mulai menyadari hal ini, mereka menanamkan kampanye mereka dengan lebih banyak cerita. Pada pertengahan 90-an, narasi Bill Clinton adalah pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2000-an, George W. Bush menjual cerita perlindungan bagi rakyat Amerika. Sementara kampanye Obama dibangun di atas kisah harapan dan perubahan.

Dongeng Politik Jokowi dan Prabowo
Bagaimana dengan di Indonesia? Sepertinya masyarakat Indonesia yang memiliki hak pilih dalam pemilu belum begitu peduli dengan dongeng politik. Banyak faktor yang mempengaruhi dan menentukan keputusan para pemilih saat mereka masuk di bilik suara nanti. Dan dongeng politik yang disajikan kandidatnya mungkin menjadi faktor terlemah, atau malah tidak ada pengaruhnya sama sekali.

Meskipun begitu, pada pilpres kali ini dua kandidat capres saling menjual cerita. Bagi tim kampanye kedua kandidat, dongeng politik dianggap efektif untuk mempengaruhi dan meningkatkan elektabilitas calon, terutama untuk para pemilih dengan tingkat pendidikan menengah ke atas dan tinggal dalam lingkup kota-kota besar.

Mengesampingkan pandangan politik pribadi, saya akan mencoba obyektif dalam memaparkan dongeng politik dari Jokowi dan Prabowo di artikel ini.

Jokowi pada kampanye pilpres 2019 ini, lebih mirip dengan Hillary Clinton. Oleh tim media dan tim kampanyenya, dongeng politik Jokowi lebih sering diarahkan pada personal branding. Cerita-cerita tentang "kesederhanaan" Jokowi (dan keluarganya).

Memasuki masa-masa akhir kampanye, intensitas cerita personal Jokowi lebih sering dikedepankan. Jokowi kerap melontarkan cerita tentang karir birokratnya. Yang terbaru, Jokowi juga dianggap hampir mirip dengan SBY, mencoba berperan sebagai korban (play victim) dengan menyatakan selama 4,5 tahun dirinya kerap difitnah, dan sekarang waktunya dia melawan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun