Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Membaca secara Utuh Konteks Pernyataan "Korupsi Tak Seberapa" dari Prabowo

21 Januari 2019   07:07 Diperbarui: 21 Januari 2019   07:15 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pernyataan Prabowo tentang "Korupsi tak seberapa" dalam acara Debat Pertama Capres/Cawapres langsung dijadikan peluru tajam oleh lawan politik untuk menyerangnya. Kubu petahana (dan tak lupa para pendukungnya) menuduh Prabowo bersikap toleran terhadap korupsi.

Ketika menjawab pertanyaan capres Jokowi perihal komitmennya terhadap pemberantasan korupsi, disaat Prabowo menyetujui adanya sejumlah eks napi korupsi menjadi caleg Gerindra, Prabowo mengatakan "Korupsi tak seberapa".  

"Kalau kasus itu sudah melalui proses, dia sudah dihukum dan kalau memang hukum mengizinkan, kalau dia masih bisa dan rakyat menghendaki dia karena dia mempunyai kelebihan-kelebihan lain, mungkin korupsinya juga nggak seberapa, mungkin dia...," kata Prabowo menjawab pernyataan Jokowi soal eks napi koruptor yang jadi caleg Gerindra.

Menurut Sandiaga Uno yang menjadi cawapres Prabowo, kalimat 'korupsinya juga nggak seberapa' itu untuk eks napi korupsi yang merupakan kader Gerindra. Prabowo, sebut Sandiaga, membandingkan antara korupsi yang dilakukan kader Gerindra dan korupsi yang dilakukan orang lain yang berimbas terhadap rakyat.

Dilihat secara utuh, kalimat "mungkin korupsinya juga nggak seberapa" itu terbaca sebagai penjelasan dari kalimat-kalimat sebelumnya. Ada kata "dia" yang merujuk pada eks napi korupsi yang menjadi caleg.

Jawaban Prabowo tersebut menyatakan secara jelas bila seseorang yang terlibat korupsi itu sudah dihukum, dan hukum mengijinkan dia untuk menjadi caleg, juga apabila rakyat menghendaki dia karena ada kelebihan lain, orang itu berhak untuk menjadi caleg. Karena meskipun terlibat korupsi, mungkin korupsinya tak seberapa.

Dari sini bisa dilihat, tak ada maksud tersembunyi atau terang-terangan bahwa Prabowo mentoleransi korupsi sebagaimana yang dituduhkan kubu petahana.

Dalam debat pertama Capres/cawapres Kamis kemarin, Jokowi memang banyak menyerang secara personal/kepartaian. Tak hanya masalah korupsi saja yang ia bandingkan dengan kondisi di Partai Gerindra. Jokowi juga membandingkan sedikitnya peran perempuan dalam struktur kepengurusan Partai Gerindra, seraya membandingkannya dengan beberapa jabatan menteri yang ia berikan pada kaum perempuan.

Dalam menjawab pertanyaan Jokowi, Prabowo bisa saja menyerang balik secara personal pula. Prabowo bisa saja mengutip pernyataan Jokowi yang menyetujui eks napi korupsi memiliki hak untuk menjadi caleg. 

Atau, Prabowo juga bisa membandingkan kasus korupsi yang dilakukan kader Partai Gerindra dengan kasus korupsi yang dilakukan kader PDI-P, partai utama yang mengusung Jokowi.

Tapi, itu tidak dilakukan Prabowo. Alih-alih melakukan serangan balik secara frontal dan telak, Prabowo justru bersikap menahan diri. Seolah ia tidak ingin mempermalukan Jokowi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun