Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Jangan Mudah Terpengaruh "Influencer" Instagram Saat Hendak Traveling

30 Desember 2018   22:08 Diperbarui: 2 Januari 2019   12:11 1144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (unsplash.com/@elashv)

Yang terbaik, traveling adalah tentang rasa ingin tahu, pemandangan secara lahiriah, pertemuan yang otentik dengan orang-orang lain. Fotografi dulunya adalah media yang memungkinkan semua itu: dengan keunggulannya berupa gambar tak bergerak, membingkainya, membuat kita berpikir dan mendorong penglihatan kita (pada pemandangan) lebih dari hanya melihat. Namun belakangan ini, sepertinya kita sudah berhenti menggunakan fotografi seperti ini. Fotografi sekarang mengubah pemandangan dunia yang hebat menjadi sekedar latar belakang untuk diri sendiri.

Paragraf di atas saya kutip dari tulisan seorang travel blogger di situs Conde Nast Traveller. David Annand, editor situs tersebut menyoroti dampak dari viralnya foto-foto tempat wisata di platform Instagram. Secara lugas, dia mengatakan Instagram influencer berpotensi merusak keindahan tempat wisata itu sendiri.

Masih ingat dengan kejadian rusaknya Taman Bunga Amariliys di dusun Ngasemayu, Desa Salam Kecamatan Patuk, Gunung Kidul? Awalnya memang tidak banyak yang tahu keindahan kebun bunga Amarylis milik Sukadi ini. Hingga suatu hari, seorang pengunjung yang kebetulan melewati daerah Patuk, mengunggah foto-foto indahnya taman bunga amaryllis tersebut ke media sosial/Instagram.

Setelah viral dan diketahui banyak orang, taman bunga yang berada di lahan milik Pak Sukadi ini luluh lantak usai dikunjungi banyak orang, terutama anak-anak muda yang tidak beretika.

Mereka asyik selfie berlatar bunga-bunga Amarylis yang sedang bermekaran, tapi lupa diri untuk menjaga keindahan dan keaslian tamannya. Mereka adalah, meminjam istilah dari David Anand, jenis wisatawan baru yang penasaran, yang bermunculan di setiap keajaiban dunia, merusak pemandangan indahnya.

Fotografi, teknologi digital dan pariwisata seharusnya bisa saling bersimbiosis mutualisme. Meskipun kenyataannya malah menjadi pedang bermata dua yang tajam di kedua sisinya.

Perpaduan fotografi dengan platform media sosial seperti Instagram bisa membuat tempat-tempat indah di seluruh dunia menjadi dikenal masyarakat. memungkinkan seseorang yang tidak bisa mengunjungi tempat-tempat indah tersebut bisa ikut serta menikmati pemandangan indahnya, meski hanya melalui foto-foto di media sosial.

Tak hanya itu, dengan dikenalnya tempat-tempat wisata baru oleh masyarakat luar, hal ini juga membawa dampak sosial ekonomi yang positif pula. Roda ekonomi masyarakat sekitar berputar lancar, lapangan pekerjaan terbuka luas.

Tapi, perpaduan ini juga bisa membawa dampak yang merusak. Rasa penasaran akan lokasi-lokasi istimewa, tempat-tempat indah yang mereka lihat di media sosial membuat banyak orang mendatangi tempat-tempat wisata baru, yang diperkenalkan oleh para influencer media sosial.

Semua ini hampir tidak menjadi masalah jika jumlah dampak sosialnya hanyalah mengirim sejumlah kecil Influencer lebih jauh ke dalam lubang kelinci narsisme mereka sendiri. Tidak semua wisatawan memiliki etika yang baik dan menjaga tempat wisata dari kerusakan yang bisa ditimbulkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun