Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Puasa dengan Benar, Tubuh Tetap Bugar dan Kerja Jadi Lancar

21 Mei 2018   07:09 Diperbarui: 21 Mei 2018   08:43 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (bunayya.id)

Puasa semestinya tidak menghalangi kita untuk tetap bekerja dan beraktifitas seperti biasa. Sayangnya, kita terkadang menjalankan ibadah puasa ala kadarnya. Jujur saja, banyak diantara kita yang belum memahami cara melaksanakan puasa yang benar. Mungkin lebih tepat jika disebut hanya memindahkan waktu makan saja, dari siang ke malam hari. Pemandangan seperti ini adalah kenyataan yang bisa kita lihat di mana-mana pada setiap bulan Ramadan.

Berpuasa ala kadarnya, selain hanya mendapatkan rasa lapar dan haus belaka, juga membuat kondisi tubuh tidak bisa merasa bugar. Ujungnya, aktivitas yang kita kerjakan sehari-hari juga terasa tidak nyaman. Padahal, puasa itu seharusnya menyehatkan. Sudah banyak penelitian ilmiah yang mengungkap fakta bahwa dengan berpuasa kita bisa sehat baik secara jasmani maupun rohani. Dengan begitu, aktivitas pekerjaan kita pun tidak akan terganggu.

Lantas, seperti apa cara menjalani puasa dengan benar itu?

Sebenarnya tidak ada rahasia dan cara yang khusus untuk menjalani puasa dengan benar. Keutamaan puasa yang dilakukan dengan benar ada di dalam proses puasa itu sendiri yaitu proses yang terjadi dalam tubuh kita.

Yang pertama adalah proses pada tubuh saat kita berbuka puasa. Begitu masuk waktu Maghrib bagi yang berpuasa memang diwajibkan segera berbuka. Tapi tidak ada perintah untuk segera memakan hidangan yang berat-berat seperti orang yang tidak pernah melihat makanan berhari-hari. Allah SWT berfirman, "Makan dan minumlah, tapi jangan berlebih-lebihan". Puasa di bulan Ramadan bukanlah ajang balas dendam.

Saat adzan maghrib berkumandang, yang harus dilakukan adalah segera membatalkan puasa. Cukup dengan minum, atau makan buah kurma. Setelah itu, barulah kita bisa melaksanakan sholat maghrib. Jika sudah, kita bisa menikmati makanan utamanya. Tapi sekali lagi, tak perlu berlebihan. Dengan begitu, lambung kita akan mudah untuk beradaptasi menerima makanan kembali setelah seharian kosong tidak terisi.

Yang kedua adalah proses pada tubuh terkait dengan apa yang kita makan. Junkfood (makanan sampah) adalah makanan yang berpotensi untuk membentuk racun dalam tubuh. Karena itu sebaiknya dihindari selama kita menjalani puasa. Junkfood bukan hanya fastfood. Semua makanan yang diproses sebenarnya sudah termasuk makanan sampah karena sebagian besar zat gizinya habis atau rusak. Makanan kalengan, makanan instan, daging olahan (bakso, sosis, kornet), bahkan makanan rumah yang berulang kali dipanaskan termasuk makanan sampah.

Yang ketiga adalah proses pada tubuh terkait dengan aktivitas tidur kita. Selama bulan Ramadan, kita memang dianjurkan untuk menghidupkan malam-malam bulan suci ini dengan kegiatan peribadatan. Tapi, bukan berarti kita harus begadang. 

Kurang tidur akan membuat ritme sirkadian (jam biologis) tubuh terganggu, yang ujungnya membuat badan kita akan terasa lebih lemas di siang hari. Tanpa harus begadang, toh kita tetap bisa mengisi malam-malam bulan Ramadan dengan ibadah. Jika kita sebelumnya sudah terbiasa bangun malam untuk sholat Tahajud, di bulan Ramadan ini tentunya kita juga tidak akan kesulitan untuk bangun di waktu dini hari menyiapkan makan sahur, kemudian dilanjutkan dengan mendirikan sholat malam dan tadarus Al Qur'an.

Yang keempat adalah proses pada tubuh setelah kita makan sahur. Sebagian besar dari kita biasanya langsung tidur kembali usai makan sahur karena tidak kuat menahan rasa kantuk. Padahal, tubuh kita membutuhkan waktu untuk mencerna makanan. Selain itu, beberapa pakar kesehatan berpendapat tidur setelah makan sahur meningkatkan risiko refluks, yaitu naiknya asam lambung ke kerongkongan akibat posisi berbaring setelah makan.

 Refluks terjadi ketika katup antara perut dan esofagus tidak tertutup secara sempurna. Refluks memicu terjadinya heartburn yaitu sensasi terbakar yang menyakitkan di sekitar ulu hati hingga kerongkongan akibat asam lambung. Bahkan kondisi refluks dikaitkan dengan risiko stroke. 

Jika kita bisa menjaga ritme sirkadian dengan tidak begadang, usai sahur pun rasa kantuk tidak akan menyerang. Dengan begitu, kita bisa melakukan aktivitas lain yang lebih berguna daripada sekedar tidur. Misalnya melanjutkan tadarus Al Qur'an, atau jalan-jalan pagi sebentar supaya tubuh tetap terasa segar saat kita berangkat kerja nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun