Mohon tunggu...
Andi Mirati Primasari
Andi Mirati Primasari Mohon Tunggu... Full Time Blogger - i love reading and writing.. thanks Kompasiana, sudah menjadi langkah awal saya untuk mulai ngeblog..

Lahir dan besar di Makassar, dan saat ini menetap di Jakarta menjalani kesibukan sebagai seorang istri merangkap karyawati swasta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Penting Siapkan Ini Sebelum Bersalin

27 Oktober 2015   05:50 Diperbarui: 27 Oktober 2015   10:32 10209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untungnya, ibu tidak terlalu lama dirawat, hanya sekitar 3 hari. Namun sayangnya kondisi ibu sudah tidak sama dengan sebelumnya. Beliau terlihat lemas dan kurang tenaga sepulang dari rumah sakit. Kondisi ini membuat saya tak tega bila harus terus merepotkan ibu dengan segala hal menyangkut kehamilan saya. Lebih baik ibu istirahat total di rumah, pikirku. Jadilah pada saat itu aktivitas menyiapkan barang-barang keperluan bersalin terpaksa dihentikan untuk sementara waktu, rencananya sampai kesehatan ibu pulih kembali.

Ada yang bisa menebak apa yang selanjutnya terjadi?

Di luar dugaan, mulai muncul tanda-tanda (yang menurut buku panduan persalinan yang biasa saya baca) merupakan pertanda bahwa kelahiran sudah dekat. Dimulai dengan keluarnya bercak darah dan lendir, disertai kontraksi di area sekeliling perut dan pinggul yang semakin lama frekuensinya semakin sering dan menimbulkan rasa sakit yang tak tertahankan. Satu hal yang saya herankan dan membuat saya sedikit ragu adalah HPL yang masih sekitar 2 minggu lagi.

Perasaan campur-aduk antara bingung, panik, dan kaget, tak tahu harus berbuat apa. Beruntung rumah saya berada tepat di depan puskesmas yang ada klinik bersalinnya. Jadi, dengan ditemani ibu yang belum pulih dari sakitnya dan adik, saya memutuskan memeriksakan kandungan saya. Bidan yang bertugas saat itu berkata bahwa bayinya diprediksi akan lahir dengan estimasi paling lambat 2 hari setelahnya. Beliau lalu menyarankan saya untuk pulang beristirahat dan dilarang untuk beraktivitas yang berat-berat, usahakan pikiran dibuat serileks mungkin dengan selalu berusaha positive thinking dan berdoa kepada Allah demi kelancaran semuanya.

Sesampai di rumah, saya langsung berinisiatif menelepon suami saya untuk menginformasikan kondisi saya saat itu. Ia pun ikut panik. Sehari sebelumnya, ia sebenarnya sudah booking tiket untuk penerbangan dua hari kemudian (lusa). Bila disesuaikan dengan prediksi bidan tadi, masih ada kemungkinan suami saya datang sebelum anak kami lahir. Selanjutnya, apapun yang terjadi, kami pasrahkan pada Allah saja. Tak henti-hentinya ia memberi semangat agar saya kuat dan sabar.

Fakta yang terjadi sepulang dari puskesmas, perasaan saya justru semakin tak enak. Kontraksi terjadi semakin sering dan sakit, membuat saya sulit untuk tidur. Keesokan paginya, saya bergegas ke Rumah Sakit Bersalin di bilangan Tamalanrea, Makassar (lagi-lagi ditemani ibu, adik, dan beberapa anggota keluarga), dengan persiapan seadanya.

Dengan cemas, sebenarnya saya berharap bersalin di hari saat suami datang agar ia bisa menyaksikan langsung bagaimana proses kelahiran anak kami. Apa boleh buat, anak kami ternyata ingin lahir tepat sehari sebelum Papanya datang. Namun itu tak menjadi masalah bagi kami, yang terpenting adalah bayi kami bisa lahir dengan selamat dan sehat. Alhamdulillah..

Begitu anak kami lahir, salah seorang perawat menanyakan perihal perlengkapan bayi, apakah kami telah menyiapkannya atau tidak. Saat itulah saya sadar, bahwa meskipun ada, ternyata perlengkapan bayi yang saya bawa sangatlah minim. Belum lagi dengan barang-barang pribadi saya, banyak yang kelupaan, menyebabkan adik saya harus mondar-mandir membeli di toko yang ada di sekitar rumah sakit. Merepotkan bukan?

Nah.. Untuk menghindari agar jangan sampai kepanikan ini terjadi pada anda, segera persiapkan segala hal yang diperlukan jauh-jauh hari sebelumnya, demi menghindari panik di detik-detik menjelang persalinan. Idealnya, memasuki trimester ketiga (sekitar 3 bulan sebelum HPL) semuanya sudah harus siap, sehingga sisa waktu yang ada bisa digunakan calon ibu untuk menenangkan diri, bersantai, dan fokus menghadapi persalinan, tanpa perlu repot memikirkan hal-hal lain. Lebih tepatnya, menghindari panik akibat tergesa-gesa, sebab persalinan bisa datang kapan saja tanpa diduga, apalagi bila sudah memasuki trimester ketiga, biasanya dimulai sejak minggu ke-37.

***

Ini ada sedikit tips buat para ibu yang saat ini sedang bersiap-siap menyambut kelahiran sang buah hati (utamanya anak pertama, kalau anak kedua biasanya ibu sudah lebih tenang karena sudah berpengalaman pada kelahiran anak pertama).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun