Mohon tunggu...
Prima Marsudi
Prima Marsudi Mohon Tunggu... Guru - Indahnya menua.

Wanita yang ingin jadi diri sendiri tetapi tidak bisa karena harus memikirkan orang-orang yang disayanginya.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Sang Pengacara

19 Februari 2014   20:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:40 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Apa, gila kau ini. Dari bayi kubesarkan engkau bukan untuk menjadi pendosa.Aku tak rela jika kau jadi pengacara.Aku tak mau kau menjadi seperti si Oman itu yang kerjanya cuma membela-bela orang-orang yang sudah jelas-jelas salah.” Teriak mama kepadaku ketika aku katakan bahwa aku ingin sekali menjadi seorang pengacara.

“Bang Oman itu kan kaya raya Ma, dan itu karena ia berprofesi sebagai pengacara yang sukses.” Timpalku.

“ Ah, peduli setan dengan si Oman.Aku lebih suka kau tidak sekaya dia. Aku lebih suka jika kau mempunyai hati nurani dan selalu berusaha menolong orang-orang yang teraniaya bukan orang-orang yang bisa membayar kau.Kau carilah profesi lain, jadi guru atau dosen atau kau pilihlah itu Hukum Tata Negara.”perintah mama meskipun aku yakin mama tidak pernah tahu apa ituhukum Tata Negara.

Mama tahu saja apa yang ada di dalam pikiranku.Sejak kecil mama selalu tahu apa mauku.Sekarang pun dengan pikiran sederhananya kelihatannya mama bisa membaca jalan pikiranku.

Jujur saja, di mataku profesi pengacara itu sangat menggiurkan.Bayangkan hanya dengan bermodal pandai bicara pengacara bisa menghasilkan uang milyaran rupiah.Apalagiketika melihat Bang Oman menenteng perempuan-perempuan cantik silih berganti, itu benar-benar memukau.Belum lagi, tunggangan yang super mahal yang kerap ia tampilkan di infotaintmen.Benar-benar dahsyat. Dan aku benar-benar ingin seperti Bang Oman.

Pagi ini, di televisi aku melihat Bang Oman menggandeng seorang artis cantik di KPK.Wah benar-benar cantik.Walaupun belum dijadikan tersangka apalagi terdakwa, artis cantik yang kelihatannya tidak punya pekerjaan itu menggunakan jasa seorang pengacara selevelBang Oman.Pikiran kotorkupun menyeruak.

“Ah kau ini malah senyum-senyum sendiri.Kau lihatlah macam mana perempuanyang pengacara itu bela.Kemarin-kemarin malah dia bela laki-laki yang meninggalkan istrinya dalam keadaan hamil.Tanpa rasa kasihan dia serang perempuan itu demi membela laki-laki bejat itu.” Ocehan Mama membuatku tersadar dari lamunan kotorku.

Aku tak lagi mendengarkan mamaku yang terus menggerutu di depan televisi.  Aku bangun dan beranjak pindah ke kamarku.  Masih terngiang bagaimana tidak setujunya mama dengan cita-citaku.   Beberapa bulan lagi aku akan mengikuti ujian nasional SMA.  Setelah itu,  aku harus sudah bisa menentukan cita-cita pilihanku. Pastinya, aku tidak bisa menjadi pengacara seperti Bang Oman, selain mama tak setuju, kemampuan menghafalku pun kurang baik, padahal untuk kuliah di fakultas Hukum itu, daya ingat  harus baik.

Ada benarnya juga kata-kata mama, untuk menjadi ahli hukum aku harus menghilangkan rasa hati nurani.  Adakalanya sebagai jaksa harus menuntut orang yang tidak bersalah atau sebagai pengacara harus membela orang yang sudah jelas-jelas bersalah. Tidak selalu, namun bisa saja seperti itu meski kata orang "Jangan lihat profesinya tetapi lihat orangnya. Karena baik dan buruk itu ada di setiap profesi."

Sebuah pemikiran yang sederhana, sesederhana pendidikan mama yang cuma lulusan SMP di kampungnya.  Namun cita-cita mama tidak sesederhana hidupnya.  Mama ingin aku berhasil menuntut ilmu hingga ke jenjang yang paling tinggi.  Mama bekerja membanting tulang agar aku bisa bersekolah.  Mama ingin aku sukses dan bahagia. Dan hebatnya lagi materi tidak dijadikan ukuran keberhasilanku.

Sumpah, aku cinta mama.


Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun