Mohon tunggu...
Prima Marsudi
Prima Marsudi Mohon Tunggu... Guru - Indahnya menua.

Wanita yang ingin jadi diri sendiri tetapi tidak bisa karena harus memikirkan orang-orang yang disayanginya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rahasia Hati

21 Oktober 2018   00:00 Diperbarui: 21 Oktober 2018   00:04 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tubuhmu terbujur kaku di hadapanku, tak punya nyali aku untuk bisa menyentuhmu.  Tidak dulu, tidak juga sekarang.  Hanya isak tangis yang kubiarkan lepas, sementara jemariku saling bertautan kiri dan kanan.

Akhirnya kau pergi juga, meninggalkan aku dalam kebingungan.  Bertahun tahun kau biarkan tubuhmu digerogoti penyakit.  Aku tak berdaya.  Hanya mampu memandangimu di kejauhan.

Bukan aku tak peduli padamu atau menjauhimu seperti sangkamu.  Aku hanya tak punya nyali. Jadi, adakalanya kupinta orang lain untuk memperhatikanmu.

Seberapa jauhnya aku darimu tak menjadikan aku lupa akanmu.  Begitu banyak keindahan yang telah engkau berikan.  

Di masa-masa aku kehilangan arah kau menuntunku kembali dalam rel yang semestinya.  Kau tak memanfaatkan aku di saat aku lengah.  Kau justru menjagaku dan membiarkan aku tetap berada disinggasanaku.

Hingga suatu hari kau temukan matahari yang lain.  Aku pun tenggelam lagi dari hadapanmu.

Kukira kau menyingkirkanku.  Lalu kaupun mengira aku menyingkirkanmu.  Tiba tiba kisah kita penuh dengan prasangka. Kau semakin jauh, aku semakin jauh.

Hingga tiba-tiba kuterima kabar kepergianmu.  Jantungku terasa ikut berhenti berdetak.  

Air mata kepedihan dan penyesalan yang dalam menutup kisah kita.  Kau pergi tanpa pesan atau aku yang tak bisa menangkap pesanmu.

Lalu di sinilah aku, di sisi jasadmu.  Menangisi kepergianmu.  Segala peristiwa bersamamu datang silih berganti dan aku tak bisa menghentikannnya.

Selamat jalan kekasih, maafkan aku yang terlambat menyadari bahwa rasa untuk ku itu selalu ada terpendam jauh di dasar hatimu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun