Di sebuah acara amal di tempat kerjaku, aku memandangi Maya.  Ia duduk di deretan terdepan bersama dengan tokoh-tokoh wanita lainnya.  Maya tampak begitu layu, tak ada rona kebahagiaan di wajahnya. Tubuhnya begitu kurus dan kerut-kerut halus mulai tampak di wajahnya. Kemewahan pakaian dan perhiasannya tak mampu menutupi ketidakbahagiaannya itu.  Tiba-tiba saja aku merasa bersalah karena  salah satu yang tidak membuatnya bahagia pasti adalah aku.  Sejauh ini Maya tak pernah tahu ataupun menyadari bahwa aku adalah musuh yang sesungguhnya bagi dirinya.
Waktu itu, aku merasa  bukan salahku ketika ternyata aku jatuh cinta pada Samuel, bosku sendiri. Menurutku siapa pun tidak bisa menolak saat perasaan cinta tumbuh di hatinya karena cinta datang tanpa pernah bisa kita rencanakan. Samuel adalah salah satu pria yang berani menyatakan cinta dan berjuang mati-matian untuk memperoleh cintaku sehingga pada akhirnya aku memilihnya dan kemudian jatuh cinta  juga  padanya.  Sejak itu, kehidupanku dipenuhi hanya oleh Samuel.
Sayangnya, hubunganku dengan Samuel tidak bisa go public karena Samuel telah memiliki seorang istri, yaitu Maya, sosialita yang banyak terjun dalam kegiatan kemanusiaan. Karena itu pula aku dan Samuel tak berniat untuk mempatenkan hubungan kami dalam sebuah pernikahan resmi. Â Selain Samuel masih berstatus suami wanita lain, kedua orang tuaku juga tak akan pernah mendukung hubungan kami ini. Aku dan Samuel sama-sama memahami kondisi kami. Â Samuel juga tak pernah menjelek-jelekkan Maya demi mendapatkan cintaku seperti pria-pria beristri lainnya.
Hari ke hari hubunganku dengan Samuel semakin intens saja. Â Karena Samuel seorang pengusaha yang sukses, mudah baginya untuk meninggalkan rumah selama berhari-hari. Â Dengan dalih pergi ke luar negeri, Samuel berhari-hari tinggal di apartemenku. Â Ada kalanya kami benar-benar pergi ke luar negeri. Sambil mendampingi Samuel menyelesaikan proyek-proyeknya, kami pun berbulan madu.
Sejauh ini, hubungan kami baik-baik saja.  Aku pun semakin mencintainya.  Samuel begitu istimewa untukku karena ia bisa berperan sesuai yang diperlukan olehku.  Di satu waktu ia bisa  menjadi ayah yang menenangkan aku saat aku gundah gulana , di lain waktu ia bisa menjadi teman tempat mencurahkan segala keluh kesah dan bersamaan dengan itu ia juga  bisa menjadi kekasih yang sangat hebat dalam bercinta.
Pagi itu, aku memandangi Maya dari kejauhan. Aku di atas panggung, tiba-tiba saja aku merasa bahwa apa yang telah kulakukan sesungguhnya salah. Â Tiba-tiba saja aku bisa merasakan hari-hari kesepian Maya, wanita yang kerap ditinggal suaminya demi untuk aku. Â Maya pasti kesepian karena selain suaminya yang tidak pernah menemani, anak-anaknyapun telah berangkat dewasa dan ketiganya melanjutkan pendidikan di luar negeri. Betapa selama ini aku telah berbahagia di atas penderitaannya.
Entah malaikat dari mana yang menyadarkanku. Aku merasa seperti maling yang telah mengambil kebahagiaan dari wanita lain.  Akhirnya, hari itu juga aku memutuskan untuk menunggu kehadiran Samuel di apartemenku.  Aku ingin mengakhiri hubunganku dengan Samuel. Aku ingin Maya kembali memiliki Samuel seutuhnya. Akan sulit untuk mengatakannya, akan lebih sulit lagi ketika harus meninggalkan Samuel yang selama ini telah menjadi belahan jiwa,  tetapi  tindakan itu  harus tetap kulakukan karena aku tak ingin selamanya menjadi duri dalam daging seseorang.
Dengan optimis kutinggalkan kehidupan lamaku untuk menjemput kehidupan baruku. Â Selamat jalan belahan jiwaku.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI