Mohon tunggu...
Priesda Dhita Melinda
Priesda Dhita Melinda Mohon Tunggu... Guru - Ibu dari 2 orang anak perempuan dan juga seorang guru yang ingin terus belajar

Contact : 08992255429 / email : priesda@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dibalik Keberhasilan Kita Pasti Ada Orang Baik Hati di Belakang Kita

6 Juni 2018   15:12 Diperbarui: 6 Juni 2018   15:12 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari ini saya mendampingi siswa untuk uji kompetensi tentang reservasi hotel lewat hotel. Jadi ada siswa kami yang berperan menjadi operator reservasi dan ada yang berperan menjadi tamu. Sekolah kami mendatangkan juri dari hotel yang cukup ternama di Bandar Lampung untuk menilai unjuk kerja siswa kami.

Satu persatu siswa dipanggil dan menunjukkan unjuk kerja di depan juri. Ada yang percaya diri tapi banyak juga yang tidak percaya diri sehingga mereka terlihat grogi dan kurang maksimal dalam menunjukkan kompetensinya di depan juri. Saya lihat jika mereka percaya diri maka mereka akan menampilkan unjuk kerja yang baik, tetapi sebaliknya jika tidak percaya diri maka mereka jadi kurang maksimal dalam menunjukkan unjuk kerja.

Beberapa dari mereka puas dengan penampilan yang mereka tunjukkan, ada juga yang kecewa dengan penampilannya meskipun juri sudah mengatakan cukup baik penampilan yang ditunjukkan. Tetapi ada juga yang menyalahkan temannya karena ada yang mengganggu, ketika temannya yang berperan menjadi tamu tidak baik menjalankan tugasnya, dan saya pun menjadi "sasaran" alasan mereka karena saya tidak mengajarkan mereka di beberapa bagian. Hmm... Sebenarnya saya sudah jelaskan bagian itu tapi mereka mungkin saat saya jelaskan tidak memperhatikan.

Ketika dihadapkan pada hal ini, saya teringat dengan peribahasa buruk muka cermin di belah. Menurut wikiquote arti peribahasa buruk muka cermin  adalah "seseorang yang menyalahkan keadaannya yang buruk kepada orang lain, padahal kesalahannya sendirilah yang menyebabkan keadaannya. Tidak mau mengakui kesalahan atau kelemahan sendiri. Menyalahkan orang atau hal lain meskipun sebenarnya dia sendiri yang salah, bodoh, dan sebagainya."

Saya belajar untuk menerima "protes" mereka dan belajar untuk tidak menyalahkan, menyesali kesalahan diri sendiri, orang lain apalagi keadaan. Belajar untuk meyakini bahwa ini adalah sebuah jalan yang harus dilewati untuk membuat semuanya lebih baik. Menutup telinga untuk tak mendengar hal-hal yang negatif atau yang buruk, supaya keadaan tak bertambah buruk. Terbuka untuk mendengar hal-hal baik dan positif untuk membuat keadaan menjadi baik.

Ada 3 orang siswa yang memang kurang sekali dalam penampilannya, entah karena memang grogi atau memang tidak bisa. Menurut saya sih karena mereka memang terlalu grogi sehingga mereka tidak maksimal dalam menunjukkan penampilannya.

Ada rasa haru dalam hati saya melihat kejadian ini. Tadi sempat saya melihat si kakak kelas mengajari adik kelas (siswa yang memang harus mengulang ini) dengan telaten dan sabar. Dalam hati saya berdoa untuk melembutkan hati bapak juri untuk memberikan kesempatan kepada siswa ini untuk mengulang dan mencoba sekali lagi.

Saya bersyukur sekali, jurinya memberikan kesempatan kepada mereka bertiga untuk menunjukkan penampilannya. Saya tahu, si juri ini sudah lelah karena sudah sejak pagi si bapak datang ke sekolah kami. Kelihatan sekali dari wajahnya. Tetapi karena si bapak ini baik sekali, jadi dia mau memberikan kesempatan kepada 3 orang siswa saya ini untuk mengulang. Tidak hanya sekali, tetapi sampai 5 kali mengulang.

Sebenarnya, bukan hanya juri saja yang baik, tetapi juga teman-teman sekelas dan juga kakak-kakak kelasnya (kebetulan mereka ujiannya bersamaan) menunggu mereka sampai hampir malam, bahkan mereka akhirnya berbuka puasa di sekolah.

Dari kejadian ini saya melihat  dan belajar juga bahwa keberhasilan yang kita capai bukanlah karena kehebatan kita semata tetapi karena kebaikan Tuhan dan orang lain yang memberi kesempatan kepada kita untuk belajar. Tak pantas rasanya jika kita merayakan keberhasilan tetapi melupakan teman-teman dan orang-orang yang telah membantu mencapai keberhasilan itu. Berbangga diri dan menganggap dirinya paling hebat.

Contoh yang paling sederhana saja, ketika kita mengendarai kendaraan baik motor atau mobil, kita bisa mendahului kendaraan lain karena si "supir" memberikan kesempatan kepada kita untuk mendahuluinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun