Mohon tunggu...
Priesda Dhita Melinda
Priesda Dhita Melinda Mohon Tunggu... Guru - Ibu dari 2 orang anak perempuan dan juga seorang guru yang ingin terus belajar

Contact : 08992255429 / email : priesda@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hati-hati dalam Memilih Teman Curhat

28 Mei 2018   15:19 Diperbarui: 28 Mei 2018   15:39 1142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: gulalives.com)

Curhat atau curahan hati ini memang diperlukan untuk mengeluarkan isi hati atau uneg-uneg, bahkan di televisi juga ada acara reality show tentang curhat dan mengeluarkan uneg-uneg ini, meskipun terkadang saya lihat, ceritanya memang sengaja dibuat dan diatur untuk menaikkan rating acara itu. Saya sih berpikir, mana ada sih aib atau masalahnya diketahui orang lain.

Ok, kembali lagi tentang curhat. Hal ini sebenarnya memang bermanfaat, karena biasanya orang yang curhat itu memiliki masalah baik kesedihan ataupun kemarahan tentang sesuatu. Dengan curhat, biasanya seseorang menjadi lebih lega karena masalahnya menjadi sedikit berkurang. 

Kebanyakan orang yang curhat sebenarnya bukan mencari solusi tetapi lebih kepada mencari seseorang untuk mendengarkan keluh kesahnya dan meluapkan emosinya. Setidaknya itu pengalaman yang saya alami saat menjadi guru bimbingan konseling. Saya pun kalau curhat, ingin meluapkan apa yang saya rasakan, syukur-syukur dapat solusi. Hehe.. 

Pada dasarnya, manusia memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Yap apapun itu masalahnya. Namun, yang menjadi masalah adalah ketika memiliki persoalan yang berat seseorang tidak dapat berpikir secara normal karena lebih sering fokus pada masalahnya bukan solusinya.

Nah, ketika curhat dengan orang yang "normal" (tidak memiliki masalah seperti kita), paling tidak dia mendengarkan apa yang kita keluhkan dan dapat berpikir secara normal.

Memilih teman curhat harus hati-hati karena kalau tidak, bukannya masalah berkurang justru akan bertambah. Kenapa sih begitu? Tentu saja, biasanya sesuatu yang kita curhatkan itu masalah pribadi atau rahasia, kalau sampai orang yang kita ajak curhat itu "ember" atau tidak bisa menjaga rahasia, maka "aib" atau masalah kita bisa diceritakan kemana-mana, meskipun sudah ada kalimat "sssttt... Jangan bilang siapa-siapa ya, ini rahasiaku". Maka pilihlah teman yang benar-benar bisa menjaga cerita dan masalah kita.

Lalu, ketika curhat juga harus memilih teman yang seumuran atau yang lebih tua dari kita atau paling tidak yang memiliki pengalaman yang lebih dari kita. Hal ini akan membantu kita untuk mendapatkan solusi ataupun pikiran kita menjadi terbuka. Misalnya, kita curhat mengenai pendidikan anak-anak maka curhat kepada yang mengerti pendidikan seperti guru anak-anak, curhat tentang pacar dengan teman ataupun kakak atau orang tua.

Nah, kalau yang sudah memiliki pasangan, terutama yang sudah menikah, ini harus lebih hati-hati. Pilihlah teman curhat yang sama jenis kelaminnya. Jangan sampai curhat kepada teman berbeda jenis kelamin, apalagi kalau curhat mengenai pasangannya. Contoh, seorang perempuan yang sudah menjadi istri dan ibu, pasti memiliki masalah tentang suami dan anak-anaknya, maka curhatlah kepada teman perempuan jangan sampai curhat kepada teman laki-laki.

Ya, memang terkadang  butuh pandangan dari lawan jenis. Tapi, kalau menurut saya tetap perempuan curhat dengan perempuan, laki-laki curhat dengan laki-laki. Hal ini untuk menjaga hubungan pertemanan dan pernikahan. Kenapa sih kok saya agak "bawel" harus sama jenis kelaminnya saat curhat?

Begini, contoh seorang perempuan curhat dengan teman laki-lakinya tentang perilaku suaminya yang menurutnya kurang baik, lalu si teman ini membandingkan dengan dirinya atau bisa jadi si teman laki-laki ini membandingkan teman perempuannya ini dengan istrinya. Tidak menutup kemungkinan benih-benih perselingkuhan dapat terjadi. Karena mereka sama-sama merasa "nyaman".

Saya termasuk orang yang tidak percaya dengan persahabatan laki-laki dan perempuan yang sudah menikah. Bagi saya, ketika sudah menikah hubungan pertemanan dengan teman yang berbeda jenis kelamin harus sangat dibatasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun