Pada saat yang sama, Iran telah menunjukkan kekuatannya melalui kelompok proksinya  untuk menunjukkan bahwa mereka tidak akan mengabaikan serangan Israel di Gaza, namun juga memberi isyarat kepada Amerika Serikat bahwa untuk saat ini mereka tidak akan memperluas keterlibatannya dalam perang tersebut.Â
washington (AS) mendapati dirinya semakin terlibat, ketika pasukannya sedang diserang di Irak, dan dukungannya yang teguh terhadap Israel telah menghancurkan reputasinya di dunia Arab yang marah atas kehancuran Gaza.
Perang Israel di Gaza menyebabkan kehancuran besar dan kematian lebih dari 22.500 orang, menurut Kementerian Kesehatan Palestina. Hal ini mulai menimbulkan kekhawatiran akan kelaparan di Jalur Gaza.Â
Surat kabar tersebut meminta Washington untuk melipatgandakan upayanya untuk  mengurangi ketegangan di perbatasan Israel-Lebanon, yang merupakan front paling penting yang dapat memicu terjadinya perang komprehensif.
 Para pejabat Amerika berusaha membujuk kedua belah pihak untuk mematuhi resolusi yang dikeluarkan Dewan Keamanan PBB setelah perang pada Juli 2006. Implementasinya berarti Hizbullah menarik pasukannya dari perbatasan dan menghentikan serangan udara Israel ke Lebanon, yang akan menyelesaikan konflik jangka panjang soal perselisihan wilayah yang disengketakan.
Surat kabar tersebut mengatakan bahwa tidak ada jaminan atas solusi diplomatik, namun upaya ini layak dilakukan, karena kenyataan pahit tidak akan menghilangkan risiko perang yang meluas, juga tidak akan hilang selama Israel terus membom Gaza yang terkepung.
Melihat situasi perang yang melibatkan banyak pihak, maka tidak heran jika surat kabar tersebut mengatakan bahwa Timur Tengah seperti kotak korek api yang mudah terbakar.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H