Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Kasus Perang di Gaza sebagai Studi Kasus Intelijen dalam Mengamankan Pilpres 2024

8 November 2023   17:54 Diperbarui: 10 November 2023   07:15 938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para kerabat meratapi kematian anggota keluarga mereka yang tewas dalam serangan udara Israel di Gaza City, Senin (9/10/2023). (AP/FATIMA SHBAIR via Kompas.com

Ratusan ribu orang, Minggu (5/11) pagi, memadati lapangan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, untuk menunjukkan dukungan dan pembelaan pada hak-hak warga Palestina serta seruan menghentikan perang.

Perang Hamas versus Israel yang semakin mengerikan. Korban di kalangan penduduk sipil Palestina terus berjatuhan di Gaza, hampir separuhnya yang tewas adalah anak-anak dan wanita. Sementara di warga Israel juga jatuh korban cukup banyak akibat roket Hamas.

Melihat serangan militer Israel hingga tuduhan genosida, kasus ini sebaiknya menjadi studi kasus bagi intelijen Indonesia, setelah studi perang di Ukraina. Penulis mengajak melihat latar belakang kasus ini. 

Pada awalnya, kelompok militan Hamas melancarkan serangan teror roket dari Jalur Gaza pada tanggal 7 Oktober 2023 ke wilayah Israel yang hingga kini menewaskan lebih 1.400 lebih orang Israel. 

Serangan mendadak ini memicu serangan udara dan darat balasan Israel ke wilayah Gaza selama lebih dari hampir satu bulan. Jumlah korban tewas akibat agresi Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober adalah 9.500 orang, termasuk 3.900 anak-anak dan 2.509 perempuan," kata Kepala Kantor Media Hamas Salama Marouf seperti dikutip dari dari AA.com, Minggu (5/11)

Hingga kini tentara Israel yang mengejar Hamas masih kesulitan untuk benar-benar masuk ke jantung Gaza dalam perang kota. Israel melaporkan ada 10 komandan Hamas tewas. Israel sedang dalam proses mencoba membelah Jalur Gaza menjadi dua di selatan Kota Gaza. 

Sementara itu, Hamas mengatakan pihaknya sedang melawan kendaraan lapis baja Israel di sebelah timur titik tersebut, di Juhor ad-Dik, yang menunjukkan bahwa pasukan Israel beroperasi hampir di seluruh jalur Gaza, dari pantai hingga perbatasan. 

Strategi Israel selama seminggu terakhir ini mencoba mengisolasi dan melemahkan Hamas dan afiliasinya di sepertiga bagian utara Jalur Gaza. Namun hal ini menimbulkan kerugian kemanusiaan yang semakin besar bagi warga sipil Gaza dan ini merupakan reputasi buruk bagi militer Israel. 

Israel mengeklaim kamp pengungsi Jabalia di utara Kota Gaza adalah pusat jaringan terowongan Hamas yang selama ini digunakan untuk penimbunan senjata, posisi penembakan roket, dan terowongan menuju pantai. 

Eskalasi yang mengejutkan ini membuat banyak orang bertanya-tanya mengapa Hamas mendadak menyerang dengan roket, dan mengapa sekarang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun