Penulis pernah mengingatkan dalam tulisan terdahulu, agar kita hati-hati ada residu operasi intelijen clandestine di sini. Masa kini operasi conditioning selalu menggunakan kontraktor (proxy).
Kalaupun demikian adanya latar belakang kasus, penulis menggunakan rumus Sherman Kent's Strategic Intelligence (Estimates of the speculative evaluative element) membaca kasus besar proxy yang muncul tetapi setengah tersebunyi nampaknya lebih berupa 'message' ke pemerintah, khususnya ke Presiden Jokowi. Penulis mencium bau-bau kasus geopolitik dan geostrategi dalam beberapa kejadian akhir-akhir ini, termasuk fanatisme.
Apakah juga SJ-182 bagian dari korban proxy atau 'lone wolf'?
Wallahualam, waktu yang akan membuktikan. Intelijen harus cepat bertindak, jangan terlambat dan menunggu dari informasi black box, karena jeda cukup lama dan inisiatif ditangan mereka.
Counter intelligence yang ampuh akan meniadakan kasus serangan sabotase atau suicide baik proxy war, jaringan teror, ataupun lone wolf dalam penerbangan atau mungkin target lainnya.
Semoga bermanfaat. Pray Old Soldier.
Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Wongsodidjojo Ramelan, Pengamat Intelijen