Oleh karena itu Kemlu RI harus hati-hati bersikap dan mengeluarkan statement. Waspadai keinginan dan gerakan clandestine AS, mereka selalu menggunakan pendekatan sekuriti dengan ujung tombak intelijen dan militer.
Penulis meyakini bahwa Presiden Jokowi sangat faham ancaman tersebut dan juga paham akan bahaya di-Najib-kan apabila konflik semakin keras dan Indonesia tetap abu-abu. Ada kemajuan setelah Menlu Retno beberapa waktu terakhir menyebut Amerika sebagai mitra penting.
Presiden Jokowi, menurut penulis, kini mampu menyeimbangkan hubungannya dengan China dan Amerika, bukan hanya kita yang butuh, mereka juga butuh. Kita punya bargaining position yang cukup kuat (Prabowo dapat visa ke Amerika, Dubes Amerika keturunan Korea).
Jadi, yang perlu dihindari sikap anti yang menjurus radikal. Indonesia tetap berpegang pada prinsip, tetapi wise.
Penutup
Demikian sekedar informasi dan analisis intelijen sebagai sumbang saran kepada pemerintah, mengelola politik luar negeri dalam kondisi geopolitik kawasan yang semakin panas tetap harus waspada, smart.
Istilah bebas aktif disikapi dengan bijak, jangan menjadikan kita terkunci dan tidak berbuat apa-apa, sementara bahaya bertebaran.
Disarankan, mohon pemerintah lebih mengedepankan fungsi intelijen, karena kini sedang ada operasi intelijen besar baik langsung maupun proxy di Indonesia.
Semoga bermanfaat.
Pray Old Soldier.
Penulis: Marsda TNI (Pur) Prayitno Wongsodidjojo Ramelan, Pengamat Intelijen