Korpus kalosum yang lebih tebal memungkinkan wanita untuk bisa melakukan banyak hal secara bersamaan daripada pria. Lantas, apa yang terjadi jika terdapat gangguan pada korpus kalosum? Jika seseorang mengalami gangguan pada bagian ini, ia akan memiliki letupan emosi yang kurang terkendali, suka memaksa, menyalahkan orang lain, atau sekadar marah dengan membelalakkan mata, dan berbagai ekspresi motorik lainnya.
    Area broca pada wanita lebih luas dibandingkan pria, hal ini berdampak pada penguasaan bahasa dan pemahaman artikulasi kata lebih baik pada wanita. Gangguan pda bagian ini menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam berbahasa, seperti gagap dalam berbicara atau gangguan lain yang sejenis. Namun begitu, terdapat beberapa kasus pasien yang mengalami gangguan broca masih bisa berbicara dengan lancar, hal ini menunjukkan bahwa berbahasa tidak hanya diregulasi oleh area broca dan wernick tetapi juga oleh bagian otak yang lain ketika dua area ini mengalami gangguan.
Gangguan-gangguan dalam berbahasa
    Pada awalnya hubungan antara bahasa dan otak diketahui dari adanya kerusakan otak yang berimbas kepada kemampuan seseorang dalam kemampuannya berbahasa. Kemudian dijelaskan mengenai kerusakan otak akibat cidera kepada yang mengakibatkan hilangnya kemampuan berbicara yang disebut dengan afasia dan disatria, sebuah ketidakmampuan dalam mengartikulasikan ucapan akibat gangguan neuromotorik organ wicara. Â
    Salah satu gangguan dalam berbicara adalah afasia, sebuah gangguan dalam berkomunikasi yang disebabkan oleh kerusakan pada otak. Afasia memiliki beberapa jenis yakni:
- Afasia broca/motorik, seseorang yang mengalami afasia motorik mengalami kegagalan dalam menggunakan perkataan untuk mengutarakan maksudnya secara verbal.
- Afasia wernicke/sensorik, kehilangan pengertian bahasa lisan dan bahasa tulis, namun masih bisa membentuk suatu kata baru yang bisa jadi tidak bisa dipahami siapapun tidak terkecuali dirinya sendiri.
- Afasia nominal (anomik), dapat berbicara secara spontan dan lancar, hanya saja bermasalah dalam penyebutan nama benda.
- Afasia global, kemampuannya dalam berbicara secara spontan buruk atau tidak fasih, tidak dapat menyimak dan mengulang kalimat, sangat buruk dalam penyebutan nama benda.
- Afasia progresif primer, penurunan kemampuan membaca, menulis, berbicara, dan memahami percakapan yang terjadi secara perlahan.
Pandangan islam terhadap otak     Â
    Dalam islam telah disinggung gambaran mengenai otak manusia dalam surah Al-'Alaq ayat 16 yaitu,
QS. Al-'Alaq Ayat 16
- "(yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan dan durhaka."
Dalam ayat ini, Allah menyebutkan lafal naqshiyah yang artinya ubun-ubun/otak tetapi juga dilanjutkan dengan lafal kadzibatin khati'ah yang artinya mendustakan dan durhaka. Allah menyifati lafal naqshiyah dengan kata mendustakan dan durhakan karena ubun-ubun atau otak manusia adalah penggerak dari seluruh tindakan yang dilakukan oleh manusia, jika otak memerintahkan untuk bergerak maka bergeraklah bagian yang diperintahkan itu.Â
Apabila otak memerintahkan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak baik, maka bisa jadi seseorang akan melakukan yang ia inginkan tanpa memikirkan dampak baik buruknya. Oleh sebab itu, ubun-ubun bisa menjadi pangkal dari semua aktivitas (terlebih aktivitas yang melanggar perintah Allah).
Referensi: Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â