Mohon tunggu...
Eko Prasetyo
Eko Prasetyo Mohon Tunggu... profesional -

Hingga Januari 2015, penggemar wedang kopi ini baru menulis 30 buku. Kini ia melanjutkan sekolah di Pascasarjana Unitomo Surabaya. Alasan utamanya kuliah S-2 adalah menghindari omelan istri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kota Mati Oradur-sur-Glane

9 Januari 2014   21:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:58 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13892793151722711503

[caption id="attachment_289276" align="alignleft" width="300" caption="Kota yang mencekam. (Sumber: commons.wikipedia.org)"][/caption] Prancis memiliki kota mati yang hingga kini sengaja tidak dijamah pembangunan. Keadaannya benar-benar mencekam. Di sana-sini terdapat bekas kerusakan parah yang ditinggalkan sejak Perang Dunia II. Kota itu adalah Oradur-sur-Glane.

Di sana dibangun monumen untuk memperingati salah satu pembantaian paling kejam yang dilakukan Waffen-SS, pasukan elite NAZI. Suasananya yang sunyi dan kelam bisa disaksikan via YouTube. Tak heran jika sebagian masyarakat juga menyebutnya kota hantu.

Hal ini dipicu oleh pengalaman-pengalaman misterius yang dialami pengunjung Kota Oradur-sur-Glane. Kondisi yang dingin menambah suram kota mati ini. Bagaimana ihwalnya?

Sturmbannfuhrer (mayor NAZI) Helmut Kampfe adalah salah satu perwira populer. Ia bertugas di Batalyon Ke-3 Resimen ”Der Fuhrer”. Unit ini sebagian besar anggotanya adalah warga Austria.

Pada malam hari 9 Juni 1944, ketika Divisi ”Das Reich” menuju Normandia di Prancis, Kampfe mengendarai mobilnya untuk balik ke markas. Saat dia tidak kunjung muncul, pasukan disebar untuk mencari sang mayor.

Mobilnya ditemukan kosong, tapi tidak ada tanda-tanda keberadaannya. Mayatnya pun tidak ditemukan. Tidak sulit bagi pasukan NAZI untuk menduga bahwa Kampfe disergap maquis (kelompok gerilya Prancis) dan dibunuh.

Pagi berikutnya sohib Kampfe, Otto Dickman dari Batalyon ke-1, tiba di markas resimen di Limoges. Warga Desa St. Junien mengabarkan kepadanya bahwa seorang perwira Jerman ditawan maquis di Oradur-sur-Glane.

Dickman yakin itu pasti Kampfe. Setelah minta izin menyelidiki, Dickman membawa 120 anak buahnya dari kompi ke-3 dan sampai di kota kecil itu pagi hari. Anggota Waffen-SS tersebut lantas mencari dari rumah ke rumah dan menggiring penduduk ke Champ de Faire. Tapi, tak ada tanda-tanda Kampfe.

Anak-anak dan perempuan digiring ke gereja, sedangkan kaum laki-laki ke lumbung dan garasi. Karena kesal, Dickman memerintahkan menembak mereka. Dari catatan sejarah, 648 orang tewas dalam aksi brutal itu.

Pembantaian ini diabadikan dalam Monumen Oradur-sur-Glane. Hingga saat ini tempat tersebut dibiarkan sepi tanpa tersentuh modernitas.

Sidoarjo, 9 Januari 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun