Mohon tunggu...
Eko Prasetyo
Eko Prasetyo Mohon Tunggu... profesional -

Hingga Januari 2015, penggemar wedang kopi ini baru menulis 30 buku. Kini ia melanjutkan sekolah di Pascasarjana Unitomo Surabaya. Alasan utamanya kuliah S-2 adalah menghindari omelan istri.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

14 Februari

14 Februari 2015   15:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:12 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Surat edaran dari pejabat terkait tentang pelarangan merayakan Hari Kasih Sayang (Valentine) di kalangan pelajar dikeluarkan di beberapa daerah seperti Surabaya, Makassar, dan Bandung. Surat edaran tersebut memang penting.

Pasalnya, dua pekan sebelum momen yang diperingati tiap 14 Februari itu ditemukan minimarket yang menjual cokelat Valentine dengan kondom. Tentu tidak akan menjadi persoalan besar apabila yang dijual hanya cokelat. Namun, ini yang dijual adalah cokelat bersama kondom (terutama mengingat budaya ketimuran di Indonesia). Apakah kasih sayang berarti harus diungkapkan dengan seks yang disimbolkan dengan kondom tersebut?

Di bulan Februari ini, ada media yang memberitakan dua kakak-beradik di Nganjuk, Jawa Timur, yang mengais-ngais sampah demi menyambung hidup bersama bapaknya yang sangat mereka cintai. Kemarin petang (13/2) di tayangan Hitam Putih (Trans 7), bintang tamunya adalah seorang pria paro baya yang sangat sederhana asal Ciamis, Jawa Barat. Setelah melahirkan anak, istri laki-laki itu menderita sakit jiwa. Namun, pria tua tadi tetap setia merawat istrinya yang gila selama 14 tahun terakhir. Cinta pria tersebut tidak surut sama sekali kendati sang istri tersayang sakit jiwa. Dahsyat.

Dalam kehidupan marginal dan potret kemiskinan, kadang ada cinta dan kasih sayang yang luar biasa menggetarkan. Kadang dalam ujian hidup yang begitu berat dirasakan, cinta dan kasih sayang merekah begitu indah.

Cinta dan kasih sayang yang tulus tidak pernah mengalami pasang surut. Ia ajeg. Penghormatan yang tinggi saya sampaikan juga kepada Mbak Istiqomah Faradina, guru SMAN 1 Kota Batu, atas besarnya cinta dalam merawat sang suami yang sakit berat. Saya yakin doa dan kasih sayang tulus yang diperlihatkan beliaulah yang membuat Tuhan tersentuh dan mengabulkan doanya atas kesehatan suami tercinta.

Parade cinta dan kasih sayang yang indah memang tidak bisa dilepaskan dari ketulusan. Cinta dan kasih sayang juga tak mengenal momentum untuk diperingati pada hari-hari tertentu. Sebab, hakikat kasih sayang adalah apa yang bisa kita perbuat demi kebaikan, bukan melahirkan dan menyisakan kemudaratan. Apalagi hanya digambarkan secara sempit dengan aktivitas seksual. Cinta tidak serendah itu.

Sidoarjo, 14 Februari 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun