Mohon tunggu...
SRI SUPRAPTI
SRI SUPRAPTI Mohon Tunggu... GURU

Hobi : Gemar Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Makna dari Peribahasa Jawa "Yen Wani Aja Wedi-wedi, Yen Wedi Aja Wani-wani"

12 Desember 2022   14:09 Diperbarui: 12 Desember 2022   14:21 7518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MAKNA DARI PERIBAHASA JAWA "YEN WANI AJA WEDI-WEDI, YEN WEDI AJA WANI-WANI"

Oleh : Sri Suprapti, Guru Bahasa Jawa di Surakarta.

Makna peribahasa Jawa menurut S. Prawiroatmojo, didefinisikan sebagai perumpamaan, ungkapan, atau semacam pepatah, tapi tidak menggunakan arti sesungguhnya. Perumpamaan, ungkapan, dan pepatah dalam istilah bahasa Jawa dinamakan paribasan, bebasan, maupun Ian saloka. Peribahasa Jawa yang dimaksud di sini adalah satu di antara dari sekian banyak karya sastra yang berkembang di tengah masyarakat Jawa, yang mengandung kata-kata bijak dan nilai positif di dalamnya. Kebanyakan orang Jawa dikenal oleh masyarakat luas sebagai pribadi yang memiliki sopan santun dan inspirasi hidup yang penuh makna dari leluhurnya.

Untuk kali ini yang akan Penulis bahasa salah satu Peribahasa Jawa "yen wani aja wedi-wedi, yen wedi aja wani-wani" ( kalau berani jangan takut-takut, kalau takut jangan sok berani ) yang artiya peringatan agar dalam bertindak jangan setengah-setengah. Orang harus berani dan bisa mengukur kemampuan diri sendiri sebelum melakukan suatu tindakan. Sebuah filsafat Jawa yang penuh sarat dan makna untuk mengarungi kehidupan di alam fana ini. Filsafat ini merupakan pelajaran hidup untuk kita semua manusia bagaimana kita akan melangkah dalam memilih jalan hidup kita sendiri.

Sebagai salah satu contoh kasus misalnya apabila akan membuka usaha baru, maka jangan sekali-kali merasa ragu untuk melangkah. Haruslah berani dalam mengambil keputusan apa yang harus dilakukan dan apa saja yang harus dikerjakan. Filsafat ini mengajarkan bahwa kita tidak ragu-ragu dalam memilih jalan kehidupan kita karena keragu-raguan akan membuat diri kita gagal dalam kehidupan ini. Dalam segala bidang apapun juga kita memerlukan fisafat ini untuk selalu kita pegang teguh dengan harapan apa yang kita putuskan ( ambil ) benar-benar mempunyai tekad yang benar-benar bulat.

Apabila kita merasa ragu-ragu atau bahkan bimbang maka sering kali kita merasa terombang-ambing untuk mengambil keputusan. Oleh karena itu tidak ada salahnya kalau kita bisa mengejawantahkan filsafat ini untuk selalu mendampingi setiap langkah yang kita tempuh dalam kehidupan di dunia ini. Pepatah ini masih berlaku bagi siapapun sampai saat ini. Kalau kamu berani jangan takut-takut dan ragu-ragu lagi tetapi kalau kamu takut jangan sekali-sekali berani, karena bisa jadi nanti mendapatkan bilahi. Kalau memang melakukan hal yang benar kenapa harus takut ! Melangkah terus dengan hati yang lurus, tapi kalau memang salah ( luput ) belum terlambat untuk menelusuri apa saja yang membuat kalut.

Apabila kita mempunyai cita-cita mulia hendaknya dipikirkan lebih dahulu secara seksama bagaimana caranya agar dapat diraih semua tentu saja dengan konsekuensi resiko apapun. Sekali melangkah harus tetap berjalan ke depan, janganlah berhenti sebelum tercapai semuanya. Apalagi malah berbalik arah kembali ke asal mula, pantang bagi kita untuk tidak melanjutkannya. Haruslah secara totalitas memperoleh hasil kerja tidak boleh ragu-ragu apalagi membabi buta.

Sesuatu yang sudah direncanakan dengan matang haruslah secara baik dilaksanakan. Kalau sesuatu yang sudah direncanakan tersebut tidak jadi atau batal maka akan dapat mengubah semua perjalanan juga dapat mengubah seluruh urusan. Alangkah baiknya kalau sudah berani memutuskan maka harus berani pula mempertanggungjawabkan. Dengan mempertaruhkan semua perjuangan apapun sesuai dengan kondisi dan hasilnya diterima dan jangan lupa selalu bersyukur kepada Tuhan.

Pitutur Jawa dari kata"yen wani aja wedi-wedi, yen wedi aja wani-wani" ( kalau berani jangan takut-takut, jika takut jangan berani-berani ). Pitutur ini mengungkapkan tentang totalitas ketika mengerjakan sesuatu. Rasa takut hanya akan menghalangi kemampuan baik fisik maupun mental dalam menghadapi sesuatu. Untuk menghadapi rasa takut salah satu kiatnya adalah menghadapi permasalahan langsung ke jantungnya. Yaitu dengan menghadapi inti masalah secara langsung dan meletakkan diri dalam posisi aktif. Karena dalam posisi aktif ini, cenderung akan fokus untuk menghadapi masalah yang ada, sehingga hilanglah rasa takut itu dalam diri sendiri. Perlu diketahui bahwa rasa takut itu merupakan karunia yang sangat besar sekali yang dianugerahkan oleh Allah SWT.

Fungsi rasa takut ini juga sangat penting sekali bagi manusia, yaitu agar mengenali sesuatu yang membahayakan atau merugikan diri sendiri. Bisa dibayangkan apabila manusia tidak memiliki rasa takut. Tanpa rasa takut, maka tidak akan bereaksi ketika manusia berbuat jahat kepada yang lain, tidak menghindar ketika ada istri / suami orang lain yang mendekati anda, atau malah tidak menghindar ketika mengajak untuk selingkuh. Atau jangan-jangan malah lupa mempersiapkan masa depan, karena tidak peduli sama sekali dengan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun