Mohon tunggu...
Edi Pranoto
Edi Pranoto Mohon Tunggu... -

Suka membaca, traveling, melihat pemandangan alam, berbagi pengalaman terutama dengan generasi penerus

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pecundang Pasif dan Aktif

15 Mei 2011   01:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:41 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tau nggak kalau didunia ini ada 2 jenis pecundang? Teman olahraga pagi saya nyeletuk setelah kita berdua menyelesaikan rutinitas akhir pekan jalan pagi disekitar Tebet Barat dengan mampir di warung untuk ngopi.

Wah apa lagi ini ? Koq belum2 sudah berkomentar agak berbau sindiran? Yang saya tahu, pecundang itu bahasa Inggrisnya ya “Losers” dan pastinya saya tidak termasuk kategori itu! Tegas jawaban saya.

Nanti dulu mas. Jangan langsung reaktif gitu. Menurut saya sebetulnya manusia itu memang dasarnya adalah pecundang. Dan tidak selalu pecundang itu dalam kesehariannya dirasakan sebagai hal yang merugikan bagi diri seseorang …..

Lho ? Setau saya konotasi pecundang itu kan negatif dus harus di kubur dalam2 dengan segala cara. Kopi yang memang agak pahit langsung saya tambahkan gula sesendok..Biar apapun yang akan dikatakan teman saya selanjutnya tidak akan terasa begitu pahit di hati.

Yah yang paling gampang kita artikan dalam bahasa Inggris yaitu losers lanjutnya. Nah apa arti losers, kan seseorang atau sesuatu yang bersifat kekalahan, kehilangan, kegagalan.

Mulai penasaran saya lalu tanya hubungannya dengan 2 jenis pecundang tadi ? Memang manusia itu dilahirkan untuk menerima kenyataan sebagai pecundang aktif dan pecundang pasif. Teman saya mencoba mengendalikan emosi saya yang agak meninggi. Coba lihat kekisruhan PSSI, korupsi yang merajalela, jalanan yang macet total, lingkungan yang rusak kan itu menunjukkan kerugian , kegagalan, kehilangan bagi kita sebagai manusia. Apakah kita mampu merubah ini semua ? Nggak kan ? Tapi apakah kita sebagai manusia awam merasa terusik dan terugikan dalam keseharian kita ? Belum tentu, karena memang sebagian besar dari kita bermental masa bodoh sehingga dalam kesehariannya, kita tetap bersikap pasif alias memilih menjadi pecundang pasif . Suaranya yang mulaimeninggi melawan suara bajaj yang menderu membikin saya salah tingkah. Gantian teman saya yang mulai terbawa emosi

Sembari manggut2, saya mencoba menentramkan hatinya yang mulai panas. Bener juga ya mas, pembiaran-pembiaran dan pendiaman-pendiaman yang kita lakukan selama ini memang menunjukkan perilaku kita sebagai pecundang pasif. Tapi tentu dong kita bukan pecundang aktif . Saya melanjutkanobrolan dengan maksud agar dia tidak kena serangan jantung mendadak.

Siapa bilang ! Sanggah teman saya seenaknya. Gantian emosi saya terpancing lagi. Jangan2 tingkat kafein di kopinya melebihi ambang batas yang diperbolehkan untuk manusia, apalagi memang ini gelasnya yang kedua. Atau dirumah lagi bertengkar dengan istri atau punya masalah dikantor .

Coba bayangin dia melanjutkan. Tadi malam mas ngapain. Ya nonton dan makan enak di restoran bareng istri jawab saya. Dia langsung menyambar , terus nilai tambah apa yang didapat dari nonton dan makan enak? Uang hilang dan perut makin buncit kan? Apa nilai tambahnya ? Yang jelas kehilangan uang, lalu makan enak tapi berdampak kolesterol, darah tinggi, asam urat bertambah apa itu bukan kerugian? Dia menyimpulkan.

Saya celingak celinguk takut ada yang nguping. Mana mau saya melakukan pengakuan seperti yang disimpulkan teman saya itu. Nanti dulu mas jawab saya yang berusaha menjadi lawan bicara yang bijak. Kan semua tidak harus diukur dengan uang? Keharmonisan rumah tangga kan tidak ternilai? Menghilangkan stress dengan nonton juga berdampak mengurangi kemngkinan kolesterol, darah tinggi dan asam urat.

Teman saya tidak menjawab. Mungkin dia belum menemukan jawaban yang pas atas sanggahan saya. Hanya dia langsung berdiri dan bilang , mas hari ini aku yang traktir segelas kopinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun