Mohon tunggu...
prana
prana Mohon Tunggu... -

regular man living in hectic City of Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Transportasi Online untuk Masa Depan?

23 Maret 2016   11:01 Diperbarui: 23 Maret 2016   11:32 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Mari membahas topik terhangat saat ini, online vs konvensional. banyak yang mendukung tentunya transportasi yang di dukung aplikasi online, alasannya adalah kemudahan dalam memesan dan harganya yang murah. saat ini perusahaan aplikasi online baru saja memulai bisnisnya di Indonesia, yang sudah cukup lama seperti gojek atau grabbike. mereka start awal dan sampai saat ini yang paling berkembang. sedangka aplikasi online untuk roda 4 seperti Uber dan grab belum terlalu berkembang karena mereka mendapat tantangan besar dari industri yang sudah berjalan yakni industri taksi yang sudah matang.

lepas dari kejadian demo massal supir angkutan konvesional yang terjadi kemarin tanggal 22 Maret 2016, tampaknya perusahaan yang berbasis online akan mendapat izin dan dapat beroperasi secara legal di Indonesia. penulis pernah menggunakan gojek yang berbasis online tetapi tidak pernah menggunakan uber (roda 4). tetapi secara bisnis model mereka hampir sama. memulai dengan marketing gimmick yang gila-gilaan, bayangkan kemana-mana harga sama (gojek) ataupun membuat portrait dengan gojek pengemudi perempuan yang cantik, dan sebagainya. dibelakang ada uang besar yang mensupport marketing besar itu. tetapi kita tidak pernah tahu dari mana uang Gojek dan lainnya didapat. yang kita tahu mereka perusahaan startup yang di mendapat support dana asing untuk pengembangan usahanya. 

kedepannya sepertinya uber di Indonesia akan seperti Gojek, dengan awalnya gimmick gojek yang pengemudinya mendapat gaji yang fantastis malahan ada cerita yang menceritakan adanya orang yang keluar dari kerjanya untuk menjadi gojek, tetapi sekarang makin banyak kita temukan di jalan, entah penghasilan mereka apakah besar seperti awal. belum lagi sudah mulai dihilangkan subsidi dari perusahan online tersebut. ujung-ujungnya pengemudi gojek lah yang dirugikan. karena dari kendaraan yang sudah worn out (Km sangat tinggi) dan maintenance semakin mahal, sedangkan kompetisi dan tarif sudah mulai turun. mereka terjepit. kejadian ini menurut penulis akan terjadi di Uber Taksi karena sang pemilik aplikasi hanya akan memikirkan memperbesar market (they all think only for business not compassion) ini perusahaan bukan lembaga sosial. dengan semakin besarnya market maka nilai perusahaan mereka akan semakin besar, lebih besar lebih baik, akan mengundang investor masuk. seperti inilah perusahaan aplikasi hidup, dari nilai kapitalisasi mereka. sebagai contoh lihatlah twitter dan facebook. 

jadi hati-hatilah Indonesia, siap-siap dipermainkan oleh perusahaan online mereka merusak pasar dengan menggempur diawal dengan harga murah, konsumen senang. setelah menguasai pasar mereka mulai mengeluarkan jati diri, "kami bukan perusahaan transportasi, kami perusahaan aplikasi" jadilah mereka seperti perusahaan aplikasi lainnya. ingat tokobagus.com yang waktu jayanya sering kali membuat iklan yang menarik di Indonesia. tiba-tiba hilang dan digantikan OLX, sepertinya pemiliknya keluar sewaktu nilai evaluasi perusahaan yang tinggi dan mendapat keuntungan sebesar-besarnya. jadi siap-siap dipermainkan baik pengguna atau pengemudi. tetapi saat ini silakan dimanfaatkan keuntungan menggunakan transportasi online, murah dan nyaman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun