Sebagai anak kedua, saya dikaruniai  Tuhan  kemampuan dan kecerdasan yang lebih dibandingkan dengan saudara atau anak anaknya yang lain. Dengan bimbingan ibu yang hanya tamatan SMP, saya selalu mendapat peringakat pertama disekolah dasar.Â
Entah dengan pertimbangan apa, pada tahun 1970 masih duduk dikelas 5 (lima) SD, kepala sekolah memberi kesempatan saya  ikut ujian akhir SD. Tawaran ini tidak disiasiakan oleh bapak yang begitu keras dan disiplin mendorong mengambil kesempatan ini. Tahun itu juga saya lulus SD hanya dalam waktu 5 (lima) tahun.
Pendidikan SLTP, saya lalui selama 3 (tiga) tahun dengan prestasi yang sangat memuaskan karena dapat meraih juara umum pada akhir ujian SMP tahun 1973.
Pada tingkat SMA saya mengambil jurusan ilmu pasti dan alam (IPA) dan selalu mendapat rangkit 3 (tiga) besar dan pada akhir pendidikan di SMA 1976, saya diberikan kesempatan untuk mengikuti program PMDK (penelusuran minat dan kemampuan) tanpa test di Institut Pertanian Bogor.Â
Empat tahun kemudian (1981) saya lulus dari Fakultas Kehutanan IPB dan langsung mendapat pekerjaan di Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Kehutanan dan ditempatkan di Proyek Perencanaan dan Pembinaan Daerah Aliran Sungai  (P3RPDAS) Tondano yang berkedudukan di Manado Sulawesi Utara.
Dari sinilah saya bertemu dengan ibunya anak anak yang kebetulan seorang mahasiswi semester 3 (tiga) Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Samratulangi dan menikah tahun 1984. Dari perkawinan ini menbuahkan hasil  3 (tiga) orang putri yang sulung lahir tahun 1985, yang tengah lahir  tahun 1988 dan bungsu lahir tahun  1994. Â
Sambil mengasuh 2 (dua) putri kami, ibunya anak anak melanjutkan kuliah dan lulus tahun 1988 di Faperta Unsrat Manado. Istri saya sempat bekerja sebagai staf honorer di Bappeda Provinsi Sulawesi Utara, sampai akhirnya berhenti karena saya pindah tugas di Ujung Pandang (sekarang Makassar) Provinsi Sulawesi Selatan tahun 1993.
Dipandu dan Dikawal dari Dasar
Akibat tour of duty dan tour of area serta promosi jabatan mengharuskan kami pindah tugas di 6 (enam) provinsi yaitu  Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Tengah, Jawa Barat.Â
Sekolah anak anak  menjadi  kocar kacir mengikuti tugas orang tuanya.  Sebagai orang tua kami berprinsip bahwa anak anak  tidak boleh pisah dari orang tua sampai tingkat pendidikan menengah  pertama apapun keadaannya.Â
Baru setelah lulus SMP menginjak tingkat SLTA dimanapun orang tua bertugas anak anak harus sekolah  SMA di Jawa meskipun kami harus berpisah.Â