Banyak hal yang dapat kita lakukan sembari menunggu waktu berbuka puasa tiba. Selain berolahraga, jalan-jalan sore atau jogging keliling kota, yang biasa saya lakukan adalah dengan ngabuburide, naik skutermatik kesayangan keliling Kota Ungaran, kota tempat dimana saya dilahirkan dan saya tinggali hingga saat ini. Ungaran, sebuah kota kecil di selatan Kota Semarang sebagai ibukota Jawa Tengah. Ngabuburide, berkendara asyik dengan sepeda motor menjadi salah satu kegemaran yang seringkali saya lakukan, menghabiskan waktu menunggu bedug magrib berbunyi. Biasanya rute yang saya pilih juga itu-itu saja, muter-muter Kota Ungaran, menyusuri sepanjang Jalan Diponegoro, lalu menuju ke alun-alun lama, kemudian ke alun-alun kalirejo dan kembali lagi ke rumah.
Jalan Diponegoro dengan Bangunan-bangunan Bersejarah di Kanan dan KirinyaÂ
"Menyusuri Jalan Diponegoro Ungaran, sesekali membawa saya berimajinasi bagaimana masa lalu kota ini dengan bangunan-bangunan berarsitektur eropanya."
Bangunan-bangunan dengan arsitektur eropa dapat dengan mudah ditemukan di sepanjang Jalan Diponegoro Ungaran. Pertama, dalam perjalanan ngabuburide saya yang dimulai dari wilayah Gowongan Ungaran, bangunan belanda yang bisa ditemui dan memukau hati adalah bangunan utama Rumah Makan Mang Engking Ungaran, berwarna putih, besar, dan terlihat begitu megah. Maju lagi, tak jauh dari Rumah Makan Mang Engking, jika ke arah utara, di sisi kiri jalan akan ditemukan lagi bangunan megah dengan tembok tebal khas eropa yang saat ini menjadi bangunan SMP Negeri 1 Ungaran. Bahkan, dilansir dari kompas.com dua ruang kelas dan satu kantor diresmikan menjadi museum yang memamerkan barang-barang kuno. Bangunan bersejarah SMP Negeri 1 Ungaran ini sudah ditetapkan sebagai cagar budaya sejak tahun 2021. Setelah bangunan SMP Negeri 1 Ungaran, ada juga rumah-rumah belanda yang masih berpenghuni. Terlihat begitu sejuk dan asri dengan tanaman dan pohon yang begitu rindang di halamanya.
Lapangan PHB Ungaran, Dulu Bambang Pamungkas Pernah Bermain Di Sini      Â
Ngabuburide kali ini juga sekaligus perjalanan membuka kembali memori-memori baik yang pernah tercipta pada masa sekolah. Dulu, di depan SMP Negeri 1 Ungaran ada sebuah bangunan belanda yang difungsikan sebagai satuan musik militer, kemudian di belakang bangunan utamanya terdapat beberapa lapangan voli dan juga sepakbola. Ketika duduk di bangku SD hingga SMA saya seringkali bermain sepakbola di sana bersama teman-teman. Bahkan Bambang Pamungkas dalam bukunya yang berjudul "BEPE 20" juga pernah merumput di lapangan itu. Namun kini kondisinya begitu miris, tak terurus, terbengkalai.
Benteng Fort Willem II Ungaran
Perjalanan ngabuburide berlanjut lagi ke arah utara, mungkin sekitar 400m setelah SMP Negeri 1 Ungaran, kita bisa temui lagi bangunan bersejarah dengan arsitektur eropa yang begitu kental, Adalah Benteng Fort Willem II Ungaran. Dulu, seingat saya benteng ini merupakan terminal dan kala itu akrab disebut dengan Terminal Benteng. Saya ingat betul, ketika duduk di bangku sekolah dasar, saya menemani eyang saya membeli tiket bus di sana. Kini Benteng Fort Willem II difungsikan sebagai Balai Pertemuan Polisi dan Masyarakat. Jika menilik ke masa lalu, bangunan yang didirikan sekitar tahun 1743 -- 1746 ini menyimpan catatan sejarah yang begitu kental. Dilansir dari kompas.com, Pangeran Diponegoro pernah dipenjara di tempat ini sebelum diadili di Batavia dan diasingkan ke Makassar.
Ngabuburide bukan sekedar ngabuburide, selain berkeliling kota Ungaran sembari menunggu waktu adzan, ada sebuah momen membuka kembali memori yang pernah ada sekaligus belajar sejarah. (prp)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI