Mohon tunggu...
Pradipta Kusuma
Pradipta Kusuma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik

Mahasiswa Semester 3 Program Studi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Memiliki ketertarikan pada desain grafis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Candu pada Gadget Jadi Penyebab Keterlambatan Berbicara Anak

10 Januari 2024   23:54 Diperbarui: 11 Januari 2024   00:17 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak sedang bermain gadget/Pexels

Pada era modern ini perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) mengalami perkembangan yang sangat pesat. Yang paling dirasakan saat ini adalah perkembangan alat komunikasi. Salah satu inovasi teknologi komunikasi yang sangat berguna bagi manusia adalah gadget. Dengan berkembangnya teknologi komunikasi memudahkan orang untuk mendapatkan informasi secara cepat dan up to date, saling bertukar informasi, dan dapat melakukan komunikasi jarak jauh dengan mudah. Pengguna teknologi tidak mengenal usia, dimulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa.

Dengan berkembangnya teknologi komunikasi, anak tetap menjadi adaptif dan harus mampu mengikuti perkembangannya. Apabila anak tidak mampu mengikuti perkembangan teknologi maka fungsi adaptifnya tidak berkembang secara normal, karena dengan adanya gadget memberikan kesempatan pada anak untuk mencari informasi lebih mudah, terlebih saat ini anak-anak dituntut untuk mengerjakan tugas melalui internet.

Gadget memberikan dampak positif pada perkembangan anak, namun di sisi lain gadget juga memiliki dampak negatif.

1. Dampak Positif

  • Menambah pengetahuan, karena dengan gadget yang semakin berkembang memudahkan anak-anak dan cepat ntuk mendapatkan informasi mengenai tugas di sekolahnya.
  • Gadget dapat memperluas jaringan persahabatan karena dapat diakses dengan mudah dengan sosial media.
  • Mempermudah komunikasi, dengan teknologi yang semakin berkembang semua orang dapat dengan mudah berkomunikasi dengan orang lain meskipun jauh.
  • Melatih kreativitas anak, adanya gadget saat ini menciptakan beragam permainan yang kreatif dan menantang. Banyak anak yang termasuk kategori Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) yang merupakan gangguan perkembangan dalam peningkatan motorik anak hingga menyebabkan aktivitas anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan dapat dipermudah oleh permainan karena tingkat kreativitas dan tantangan yang tinggi.

2. Dampak Negatif

  • Mengganggu kesehatan, gadget dapat mengganggu kesehatan karena efek radiasi dari teknologi yang sangat berbahaya terutama pada anak berusia 12 tahun ke bawah. Efek radiasi dapat menyebabkan penyakit kanker, lalu dapat merusak jaringan syaraf dan otak anak.
  • Dapat mengganggu perkembangan anak, pada gadget terdapat beragam fitur di antaranya kamera, games, video, dan sebagainya. Fitur tersebut dapat mengganggu proses pembelajaran di sekolah.
  • Rawan terhadap tindak kejahatan, dengan mudahnya untuk update status dapat memancing untuk perbuatan kejahatan.
  • Dapat mempengaruhi perilaku anak, dalam internet memaksa seseorang untuk menggali informasi dan menganggap yang terdapat pada internet merupakan pengetahuan yang lenkap, hal ini akan memberikan kecenderungan bagi generasi mendatang untuk menjadi generasi yang cepat puas dan cenderung berpikir dangkal.

Selain itu, adanya teknologi dapat menurunkan daya aktif anak dan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan orang lain. Sehingga, menimbulkan sikap individualis pada anak dan kurangnya sikap peduli terhadap sesama. Hal ini dapat berdampak pada kecanduan gadget dan kemampuan berbicara anak yang menjadi terlambat atau speech delay.

Kecanduan gadget tidak hanya dialami kalangan remaja atau dewasa, tapi juga dialami oleh kalangan anak-anak, sebagaimana pernyataan dari Ketua Lembaga Perlindungan Anak menyatakan bahwa sejak 2013 lembaganya menangani 17 kasus anak yang kecanduan gadget. Sama halnya pada Komisi Nasional Perlindungan Anak yang sejak 2016 sudah menangani 42 kasus anak yang mengalami kecanduan gadget (Sumber dari Kominfo, 2018). Selanjutnya, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan terdapat 5-8 persen anak prasekolah yang mengalami speech delay, bahkan untuk di Jakarta tercatat ada 21 persen anak yang mengalaminya.

Orang tua sengaja memberikan gadget pada anaknya bertujuan untuk memudahkan ketika anaknya sedang rewel atau tantrum. Alih-alih membuat anak menjadi lebih tenang dengan gadget, ternyata membuat sang anak menjadi kecanduan teknologi. Dimulai dari kebiasaan menonton youtube saat sedang makan hingga meminimalisir anak agar tidak mengganggu dengan tantrumnya diberikan gadget.

Orang tua mempunyai peranan penting dalam mengarahkan penggunaan gadget dengan memberikan pemahaman yang logis agar bisa diterima baik dan dimengerti oleh anak. Rendahnya control orangtua terhadap penggunaan gadget pada anak mengakibatkan tingginya durasi pemakaian gadget membuat anak menjadi kecanduan dan susah untuk dilepaskan. Sehingga, orang tua dituntut untuk berperan aktif dalam mengawasi dan mengontrol anak dalam penggunaan gadget yang berlebihan agar anak tidak mengalami keterlambatan berbicara atau speech delay. Kebiasaan meminjamkan gadget pada anak karena dalih kasihan atau terlalu sayang, akan tetapi itu yang menjadi penyebab maraknya penggunaan gadget yang berlebihan pada anak. Dengan begitu, kecanduan teknologi dapat memberikan emosi yang berlebih pada anak, lalu hubungan antara anak dengan orang tua serta sekitar akan menjadi terganggu.

Faktor krusial yang dialami anak apabila sudah mengalami kecanduan yaitu keterlambatan berbicara, karena minimnya motivasi anak dan kesempatan untuk bercakap atau berkomunikasi, adanya bahasa asing, dan ketidakmampuan orang tua dalam mendorong anaknya berbicara. Gadget dapat membuat psikomotorik anak tidak berkembang, menurunkan sensor motoric bicara anak, menurunkan sosialisasi dan interaksi yang membuat anak tidak peka terhadap lingkungan, karena di saat anak yang seumuran harus mengeksplorasi fisiknya dalam sebuah aktivitas bermain akan tetapi anak malah disibukkan dengan penggunaan gadget. Karena pada masa perkembangan anak sebenarnya akan sangat aktif bermain, meniru perilaku, berceloteh, menirukan bunyi-bunyi, dan menggabungkan kata menjadi kalimat. Hubungan sosial yang renggang antara orang tua dengan anak dipicu oleh kesibukan masing-masing dengan gadget.

Dengan begitu, orang tua harus selalu mengawasi setiap kegiatan anak dalam bermain gadget dan memberikan batasan-batasan agar anak tidak kecanduan menggunakan gadget dan melupakan dunia sekitarnya. Berikut cara agar anak tidak kecanduan gadget:

  • Pilih sesuai usia, pengenalan dan penggunaan gadget usia anak di bawah 5 tahun, pemberian gadget hanya seputar pengenalan warna, bentuk, dan suara. Pada umur ini jangan terlalu banyak memberikan kesempatan bermain gadget. Pada usia ini, peran orang tua lebih utama dibanding gadget. Perkembangan anak usia 5 tahun sebaiknya mengarah pada sensor-motorik, yaitu anak harus bebas bergerak, berlari, meraih sesuat, hingga merasakan kasar-halus.
  • Batasi waktu, pada anak usia di bawah 5 tahun harus diperhatikan durasi pemakaiannya, karena penggunaan gadget 2 jam per hari dapat meningkatkan resiko keterlambatan berbicara dan bahasa, bahkan lebih dari 60 menit mengalami keterlambatan bahasa. Sebaiknya intensitas penggunaan gadget di bawah 30 menit per hari atau 2 kali sehari. Apabila melebihi itu bahkan sampai menyentuh 75 menit sudah termasuk kecanduan gadget.
  • Hindarkan kecanduan, penyalahgunaan gadget terjadi karena orang tua tidak mengontrol penggunaanya saat anak masih kecil, maka orang tua harus memberikan batasan waktu.
  • Beradaptasi dengan zaman, salah satu dampak positif gadget adalah membantu perkembangan fungsi adaptif anak, dalam artian kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan sekitar dan perkembangan zaman.

Dengan begitu, kecanduan teknologi yang mengakibatkan emosinya terganggu tidak akan terjadi pada anak karena adanya pengawasan yang lebih intens. Sehingga, anak dapat berkembang sesuai dengan usianya dan tidak mengalami keterlambatan dalam berbicara atau speech delay.

Pradipta Kusuma Abirawa, Mahasiswa semester 5 Program Studi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun