Mohon tunggu...
Moh Vicky Indra Pradicta
Moh Vicky Indra Pradicta Mohon Tunggu... Dokter - Food safety and quality leader, an opinion writer and one health initiative

I’m Vicky, a food safety and quality leader who worked in food industry more than 7 years, a writer in opinion essay and One Health initiative. I am also content educator for food safety and quality, food registration and writing tips.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Cegah Kematian dari Rumah

27 Juli 2021   08:11 Diperbarui: 27 Juli 2021   08:24 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Satu demi satu berita kematian di tempat tinggal saya terus diumumkan. Per hari ini saja sudah ada dua tetangga saya meninggal secara bersamaan. Menurut informasi tetangga sekitarnya, keduanya sedang sakit hampir sebulan lalu tetapi tidak mau memeriksakan diri ke dokter ataupun tes PCR untuk memastikan apakah terinfeksi Covid atau tidak.

Alasannya pun sederhana yaitu karena takut stigma jika positif covid19 dan penuh sesaknya pasien di hampir seluruh rumah sakit di Sidoarjo. Kedua faktor ini yang menyakinkan diri mereka untuk tetap 'beristirahat' di rumah saja. Dengan perawatan seadanya tentunya.

Situasi semacam ini tentu tidak hanya terjadi di tempat tinggal saya saja. Saya yakin banyak kasus serupa di daerah - daerah lainnya. Berdasarkan data LaporCovid-19, per tanggal 14 July, sebanyak 547 pasien covid-19 meninggal dunia saat melakukan isolasi mandiri.

Tentu ini bukan kondisi yang baik-baik saja. Bisa dibilang kita perlu memberikan perhatian lebih agar dapat menurunkan risiko tingkat kematian. Karena tanpa adanya diagnosis yang tepat apalagi ditunjang dengan perawatan seadanya tentu dapat berakibat keterlambatan penanganan. Jika pun masih bisa diantar ke rumah sakit biasanya kondisi sudah semakin memburuk sehingga tidak bisa tertangani.  

Tentu banyak faktor yang menjadi penghambat. Terutama jika berurusan dengan tingkat kepercayaan dan kondisi psikis. Boro-boro untuk diajak ke dokter umum, untuk dilakukan tes PCR saja susahnya setengah mati untuk mengajaknya. Hal ini memang cukup beralasan karena mental pasti drop jika tervonis positif covid19. Maka merawat diri dirumah bagi mereka merupakan opsi yang paling ideal.

Pada kelompok masyarakat jenis ini menganggap pergi ke dokter dan fasilitas layanan kesehatan bukan merupakan pilihan. Sebagai gantinya, mereka lebih mempercayakan kesehatannya kepada informasi yang tersebar dari grup-grup whatsapp maupun tips isolasi mandiri yang baik dan benar dari youtube dan saran dari tetangga dan sanak-saudara.

Contoh yang paling mudah kita jumpai yaitu banyak orang berjemur atau bahasa kerennya caring di pagi hari. Ada yang diatas genteng rumah, ada yang di balkon, ada yang didepan halaman rumah hingga memutuskan berjemur di tepi sawah. Mereka melakukannya untuk memastikan seluruh badannya terkena sinar matahari. Dengan harapan agar kadar vitamin D dan imunitas pada tubuh dapat meningkat. Jika imunitas tubuh meningkat maka secara tidak langsung membuat badan kita lebih sehat

Selain itu, usaha yang selanjutnya adalah dengan minum minuman alternatif seperti jahe dan jamu hingga susu steril cap beruang dan vitamin C. Berbagai macam rekomendasi minuman sehat tidak luput untuk dikonsumsi. Semua cara dilakukan agar dapat meningkatkan imunitas tubuh dan terpenting cepat membuat badan kita menjadi lebih fit.

Jika dipikir-pikir tentu tidak ada yang salah apa yang dilakukan. Semua yang dilakukan benar dan sudah mengikuti kaidah tindakan penanganan covid19. Tapi permasalahannya adalah dengan terus mengurung diri dirumah padahal kondisi badan terus turun tentu membahayakan. Apalagi tidak ada justifikasi yang tepat apa yang sedang diderita. Apakah mereka terinfeksi korona atau penyakit lainnya. Seringkali diantar ke dokter jika sudah parah. Padahal ini sudah telat dan mengakibatkan tidak tertolong.

Untuk menguranginya tentu ini bisa kita cegah sedari awal. Solusinya adalah dengan diagnosis penyakit sejak dini. Jika kita sudah merasakan kondisi badan tidak enak dan muncul gejala khas covid19 seperti sesak napas dan anosmia maka kita sebaiknya segera untuk tes PCR. Ini langkah awal tetapi juga termasuk yang paling penting.

Tes PCR ini dapat membantu memberikan gambaran kepada kita mengenai tindakan apa yang akan kita lakukan selanjutnya. Jika kondisi kita masih dalam keadaan kondisi baik maka kita bisa melakukan isoman di rumah. Tentu harus konsultasi dengan dokter terlebih dulu.

Saya sendiri pun pernah mengalaminya. Setelah diputuskan terinfeksi korona, saya segera konsultasi dengan dokter online. Dari sana resep obat saya dibuat dan saya putuskan untuk membelinya. Obat antiviral, antibiotik, penurun panas, obat batuk dan vitamin merupakan obat yang harus saya minum selama isoman. Kondisi saya pun berangsur angsur sehat dan yang terpenting negatif covid19 setelah melaksanakan isolasi dirumah selama 14 hari.

Tentu tidak semudah yang dibayangkan untuk mengajak orang agar mau dites. Perlu diberikan pemahaman menggunakan bahasa yang sesuai agar pesan yang kita sampaikan dapat dipahami.

Peran itulah yang perlu kita lakukan sebagai tetangga jika ada tetangga kita mengalaminya. Ajak mereka agar mau di tes PCR. Terkait biaya bisa dibantu dengan biaya swadaya dari RT/RW setempat. Atau jika mampu menggunakan dana pribadi.

Setelah diagnosisnya jelas bahwa memang positif covid19 maka kita bisa lanjutkan untuk konsultasi ke dokter online lewat layanan telemedicine. Apalagi program terbaru pemerintah, bagi pasien yang menjalani isoman mendapatkan layanan telemedicine dan obat gratis. Sebagai contoh Halodoc, Alodokter, GetWell dan masih banyak lainnya.

Langkah-langkah inilah yang wajib kita lakukan selama isoman. Dengan diagnosis yang cepat dan perawatan yang tepat tentu dapat menurunkan risiko kematian dari rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun