[caption id="attachment_98341" align="alignleft" width="150" caption="from google"][/caption]
Pukul 18.35, rumah papa Nuniek.
"Jangan ikuti aku lagi pa. Jangan permalukan aku sekali ini. Atau aku akan pindah ke rumah mama lagi!" Kata Nuniek mengancam papanya yang malam mingguan bulan lalu menguntit dia dan pria yang pedekate dengannya.
Date yang tadinya baik-baik saja jadi kacau saat si pria mau mencium tangan Nuniek langsung si bapak nongol tiba-tiba dan mencengkram krah baju si pemuda.
"Hei, mau kau apain anakku, ha? Mau kau perkosa?"
Pelayan restoran pun melerai mereka, Nuniek menjerit marah dengan papanya dan sang papa pun melepaskan cengkramannya. Her si pemuda langsung minta maaf dan permisi pulang.
"What? Papamu selalu menguntit setiap kamu date? Gak banget deh. Kamu wanita pujaanku banget, tapi papamu gak gue banget. Bye Nuniek. Aku gak kuat dimata-matai terus begini. Aku nyerah!"
Kedua orang tua Nuniek bercerai saat dia masih SMP, papanya nikah lagi dengan tante Jun dan mamanya menikah pula dengan om Bram. Alasan keduanya berpisah sangat tidak jelas bagi Nuniek dan Adi adiknya. Lagian apa perlu alasan ya? Kalau mau cerai ya cerai saja, memang sudah tak cinta, mau apa lagi coba?
Sampai SMA sang perawan ikut mamanya, tetapi setelah kuliah dia pindah ke rumah papanya yang lebih dekat dengan tempat kuliah. Papanya senang ada Nuniek di rumahnya, karena anak dari istrinya tiga orang kuliah di luar kota semua. Sementara papa Nuniek dan tante Jun sepakat tidak punya anak lagi dari pernikahan keduanya, enggak tahu kenapa.
"Oke, papa janji. Swear! Tidak membuntuti kamu lagi. Tapi HP kamu selalu aktif kan ya? supaya papa bisa sesekali tanya keadaan kamu." Sang papa angkat tangan kanan berjanji bak pramuka. Dia tidak ingin sang buah hati ngambek dan pindah ke rumah mantan istrinya lagi. Toh HP dia dan Nuniek punya fasilitas GPRS, jadi kemana sang buah hati bisa dipantau selagi mereka pergi ke tempat yang ada sinyalnya.
"Jangan terlalu khawatir dong pa. I'm not a girl anymore coz i'm a lady now." Yakin si putri menenangkan sang papa yang gundah.