Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

"Itu Bukan Virus Apapun, Itu Spiral yang Tembus ke Perut.."

8 Mei 2020   22:45 Diperbarui: 8 Mei 2020   22:39 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Spiral di rongga perut (dok. pri)

"Sering sakit perut, dok, mual tetapi tidak muntah, terkadang demam menggigil," keluh nenek-nenek usia 60-an tahun ditemani anaknya yang berusia 30-an tahun. 

Mereka berobat dari kabupaten yang 3 jam perjalanan dari Palembang, kebetulan tidak punya BPJS tetapi tampaknya cukup mapan karena punya mobil sendiri dan pakaian serta perhiasan yang dipakai cukup menarik perhatian.

"Apakah ibu saya terkena virus corona?" Tanya si anak pula. Pertanyaan yang sulit dijawab karena positif dan negatifnya terinfeksi virus corona secara pasti hanya berdasarkan pemeriksaan usapan (swab)jaringan hidung dan mulut dengan alat PCR (polymerase chain reaction ).

"Karena ibunya datang dari daerah yang tidak ada kasusnya dan tidak pergi keluar negeri dan ke luar kota selama sebulan terakhir maka indikasi terkena corona sepertinya tidak ada. Suhu badan ibu juga hanya 37,2 derajad celcius, kita periksa darah dahulu dan ronsen perutnya, ya."Kata saya dan mereka setuju.

Hasil laboratorium darahnya relatif normal, hanya leukosit darah diatas 10 ribu sedikit namun yang menarik saat hasil ronsennya didapat ada gambaran spiral di perut bawah yang letaknya diatas rahim alias tembus dari rahim.

"Iya, jaman dahulu pasang spiral digratisin dan setengah dipaksa, dok, buat KB (keluarga berencana) yang tidak mau nanti dituduh macam-macam, tidak patuhlah. Jadi saya menurut saja. Tapi anehnya sesudah pasang spiral, si bungsu masih lahir." Keluh si nenek dan si bungsunya itu usianya hampir 30 tahun.


Setelah dikonsultasikan ke dokter spesialis kandungan, ternyatalah memang spiralnya tidak di dalam rahim tetapi menembus rahim dan masuk ke rongga perut dan untuk membuangnya perlu operasi buka perut (laparatomi) yang dilakukan oleh dokter bedah digestif.

"Biayanya mahal, dok. Mungkin kami mau mengurus BPJS dahulu..."Kata si anak. Saya tidak menyarankan tetapi sudah menjadi rahasia umum kalau mau melakukan operasi yang nilainya tembus sepuluh juta, orang-orang kaya di kampung ini baru mau mengurus BPJS. Si pasienpun sementara dikasih antibiotik, anti radang, anti sakit ,anti spasmodik usus dan anti asam lambung.

Memang salah satu resiko KB memakai spiral adalah si alat tembus ke perut. Penyebabnya bisa saja salah cara memasang terlalu kuat atau komplikasi tekanan dalam rahim oleh proses fisik, infeksi atau kalau ada kehamilan dan tubuh bayi mendorong spiral ke dinding rahim. 

Terkadang kondisi ini tidak ada gejala, karena tubuh dapat membalut si spiral dengan baik tetapi terkadang itu melukai organ lain di perut dan membuat reaksi radang.

Mungkin karena ketakutan virus corona, keluarga ini akhirnya membawa si nenek berobat, kalau tidak ada pandemi ini, keluhan itu akan tetap dianggap angin lalu saja oleh anak-anaknya dan menganggapnya sebagai sakit "maag" biasa.

sumber: dokumentasi KOMPAL
sumber: dokumentasi KOMPAL

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun